Setidaknya dalam peloncoan ada beberapa poin yang terlihat jelas:
- Masih ada senioritas yang mana junior harus sibuk mencari tanda-tangan si senior.
- Menggunakan pita warna-warni lalu dikepang di rambut.
- Menggunakan kantong plastik yang dianggap sebagai “tas”.
- Membawa celengan tanah liat.
- Jika memungkinkan menyuruh junior melakukan push up kalau melakukan kesalahan.
- . . . . . . . . . . . . . . (nih aku kasih spot sendiri buat diisi sesuai imajinasimu tentang OSPEK).
Poin-poin yang di atas ini berbeda dengan yang temanku cerita. Semuanya nggak ada. Walaupun bentuknya orientasi siswa, tapi ini lebih ke arah keakraban ke sesama. Sebutan senior dan junior hanya sebatas etika agar saling menghormatin.
Sistem kelas di Taiwan berbentuk tingkatan, misalnya ada tingkatan 1, 2, 3, dan 4. Kamu yang baru masuk tentu berada di tingkatan 1. Sementara siswa di tingkatan 2,3, dan 4 yang berkewajiban untuk memberi acara pengenalan tentang orientasi. Biasanya mereka bersifat study tour untuk pengenalan tentang kota Taiwan itu sendiri. Namun yang uniknya adalah mereka yang berada di tingkatannya masing-masing ini memiliki pendamping dari tingkatan di atasnya. Misalnya aku sedang di tingkatan 2, maka aku berkewajiban untuk mendampingin 1 atau beberapa siswa di tingkatan 1. Tujuannya agar siswa di tingkatan 1 nggak merasa kesulitan masalah koneksi seperti meminjam buku-buku pelajaran atau bertemu dengan dosen atau asisten dosennya. Sementara yang di tingkatan 2 juga sama menjadi pengawasan anak di tingkatan 3.
Untuk menambah ikatan kebersamaan, biasanya mereka mengadakan acara makan bersama yang diadakan oleh siswa tingkatan paling atas itu. Misal aku di tingkatan 2, maka aku harus mentraktir siswa yang di tingkatan 1. Tapi aku juga akan mendapat traktiran makan dari tingkatan 3 dan seterusnya.
No comments:
Post a Comment