Nah… inilah hal yang membuat pria meneteskan air mata, atau setidaknya membuat hatinya tersayat, teriris, terluka-pedih….
Sosok pria sebagai seorang ayah, ia akan menangis, berduka, terluka, sedih, atau kecewa jika:
- Ada pria lain, selain dirinya, di hati istri yang amat dicintainya.
- Ia ditinggalkan sendirian oleh anak dan istrinya.
- Ia tidak pernah dianggap ada oleh keluarganya.
- Kedatangannya disambut dengan omelan, berbagai macam pertanyaan penuh kecurigaan, atau muka masam dari istri dan/atau anak-anaknya. Sepantasnya seorang istri menyambut suami dengan sapaan nan lembut, senyuman yang mesra, dengan pakaian yang memesona.
- Istrinya diketahui selingkuh atau “ada main” dengan pria lain.
- Ia tidak mampu memberikan uang jajan untuk putra/i yang dicintainya.
- Ia tidak mampu memberikan atau membelikan yang terbaik untuk istri dan anak-anaknya.
- Ia masih tergantung dengan orang tuanya, terutama dalam segi materi.
- Ia teringat dengan masa lalunya yang begitu menyenangkan, dan sekarang ia merasa begitu menderita.
- Jika masa lalunya begitu kelabu, ia akan menyesalinya mengapa ia seperti itu, sehingga… kini ia berjanji untuk bertaubat agar lembaran kehidupan menjadi putih berseri.
- Ia dimasukkan oleh anak-anaknya ke panti jompo setelah ia tidak lagi mampu berbuat apa-apa.
- Ia dibantah anak-anaknya dengan cara yang begitu kasar.
- Anak-anaknya yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang membencinya ketika mereka (beranjak) dewasa.
- Anak-anaknya menjadi pembangkang, nakal, bandel, sulit diatur. Intinya adalah anak-anaknya menjadi orang yang kurang/tidak cerdas baik dari segi IQ (intelektual), EQ (emosional), SQ (spiritual), maupun AQ (adversity quotient).
- Anak-anaknya hanya mau hartanya saat ia ada, bahkan sampai berebut warisannya setelah ia tiada.