Saturday, October 31, 2015

Apa Keputusan Penting dalam Hidup Anda?

Hal kecil yang membuat perbedaan besar. Keputusan! Apa keputusan paling penting dalam hidup Anda?

Keputusan Penting dalam Hidup Manusia


Setiap hari saya belajar membuat keputusan. Saya semakin menyadari alangkah bahaya sekali jika hidup kita diserahkan begitu saja pada "belenggu rutinitas". Kita membiarkan hidup kita mengalir begitu saja, lalu tanpa kita sadari, usia kita sudah bertambah tua. Anak semakin besar, kulit makin keriput, tenaga makin melemah,otak tambah pikun. Bisa jadi sebentar lagi, mati!

Ketika saya menengok ke belakang, berhenti sejenak, merenung, ber-tafakkur, menghisab diri, alangkah malunya saya dengan "laporan-laporan" yang saya "baca". Kinerja amal shaleh saya masih amat sangat sedikit. Pertumbuhan prestasi cenderung menurun. Pertambahan pengetahuan tidak begitu banyak. Ah, memalukan sekali!

Buat saya laporan kehidupan itu penting sekali. Saya jadi sadar ternyata banyak sekali dalam kehidupan masa lalu saya, berbagai hal tidak pernah saya putuskan dengan benar. Saya membiarkan diri saya berada dalam "pengaruh angin". Kemana angin kencang, kesana saya terbang. Saya tak mau mengambil sikap. Saya takut menentang angin. Saya cenderung bergerak apa adanya. Saya jadi tersenyum kecut, mungkin saya tidak jauh beda dengan bangkai yang terus dibawa arus gelombang. Ya! Hanya ikan yang hidup yang bisa menentang arus!

Ada satu hal yang sering menyebabkan saya tidak mengambil keputusan secara benar. Saya membiarkan diri saya berada dalam "tawanan bawah sadar" saya, dalam kebiasaan saya, dalam rutinitas-rutinitas yang secara otomatis-refleks terjadi begitu saja. Akibatnya saya "tidak sadar" bahwa saya telah mengambil keputusan. Saya kurang awas dengan situasi. Dalam keseharian, sebenarnya sering kita berada dalam situasi pengambilan keputusan. Karena adanya perasaan tidak-penting, biasanya keputusan dan pilihan-pilihan yang kita ambil berlalu begitu saja, umumnya refleks, spontan, otomatis, cepat.

Semakin cepat gerak laju kehidupan kita, semakin banyak keputusan-keputusan instan yang kita lakukan. Umumnya prosesnya sederhana dan pasti sebagian besar "tidak dipikirkan secara mendalam". Beberapa diantaranya diambil sambil makan pagi, sambil bercengkerama, bahkan sambil menerima telpon. Tidak masalah memang bila keputusan-keputusan itu tidak mempunyai dampak yang besar. Akan tetapi tidak jarang keputusan-keputusan yang kita ambil sambil makan malam misalnya, bisa memiliki pengaruh bertahun-tahun kemudian, yang baru kita sadari setelah berjalan cukup jauh. Beberapa diantaranya bisa jadi dipengaruhi oleh karakter-karakter kita.

Saya akui, saya punya satu kelemahan yang cukup fatal. Saya adalah seorang koleris sanguinis, menurut pola kepribadian-nya Florence Litteur. Ya, itulah saya. Akibatnya saya mudah sekali membuat keputusan-keputusan secara instant, mendadak, dan kadang tanpa pertimbangan. Apalagi jika koleris saya yang terpancing. Memang saya harus terima kenyataan, banyak keputusan-keputusan saya di masa lalu dipengaruhi sifat saya ini.

Itulah sebabnya saya perlu sekali "belajar membuat keputusan yang saya inginkan". Saya tahu kelemahan saya yaitu karakter koleris sanguinis saya sangat dominan saat berada dalam situasi pengambilan keputusan. Saya juga tahu betapa hebatnya dampak sebuah keputusan, apapun itu, dalam arah kehidupan saya. Tentu saya tak boleh asal-asalan. Tentu saja saya tak ingin menyesal dan merasa terpenjara oleh keputusan-keputusan yang telah saya ambil.

Setiap hari, saya membuat keputusan: besar ataupun kecil. Setiap saat saya berada dalam keadaan memilih. Baik saya sadari atau tidak. Artinya, setiap hari saya lah yang memilih takdir saya sendiri. Baik pilihan itu karena saya suka atau karena saya terpaksa. Baik karena saya ingin membahagiakan diri saya, ataukah karena saya ingin membahagiakan orang lain. Atau mungkin juga karena saya tidak tahu apa-apa, lalu saya asal-asalan saja memilih diantara beberapa opsi keputusan. Yang jelas, sebenarnya tetap saja, saya lah akhirnya yang “membuat keputusan”, bukan orang lain.

Saya sadar betul, apa pun keputusan yang saya pilih, hasilnya pasti sangat mempengaruhi kehidupan saya dan keluarga saya. Karena itu saya perlu sekali untuk terus belajar "membuat keputusan" secara benar. Saya harus terus belajar "membuat keputusan yang saya inginkan", bukan yang "orang lain inginkan". Saya ingat sekali betapa banyak keputusan-keputusan yang salah yang saya lakukan di masa lalu. Jadilah potret kehidupan saya… ya seperti sekarang ini. Apa yang saya peroleh hari ini adalah hasil dari keputusan saya dulu-dulu. Tentu sudah tak ada gunanya lagi menyesali apa yang saya terima hari ini. Sekarang, ia sudah menjadi takdir yang tak mungkin saya ubah.

Tapi saya percaya sekali, sebenarnya di waktu-waktu dulu itu, saya telah diberi Tuhan kebebasan untuk "memilih takdir" yang saya inginkan. Waktu itu saya diberi kekuasaan oleh Allah SWT secara bebas untuk memilih jalan hidup saya. Seharusnya waktu itu saya bisa "membuat takdir" hidup saya berbeda dari takdir saya hari ini. Sayangnya, saya membiarkannya saja. Saya tidak membuat pilihan. Saya tidak memilih. Saya tidak mengambil keputusan. Saya "dipilihkan".

Menyadari hal itu, saya menyesal sekali. Tapi sesal memang selalu tak berguna. Yang perlu saya lakukan cuma satu, "focus on future", fokus pada masa depan. I am responsible with my life! Sayalah yang bertanggung jawab terhadap masa depan saya. Bukan orang tua saya, bukan guru saya, bukan ustad saya, bukan kerabat saya, bukan relasi saya. Hanya saya! Maka, dengan segenap kekuatan mental yang masih tersisa, dengan sisa kepercayaan yang masih terjaga, saya bersorak, "I change!" Sayalah yang harus berubah. Saya harus fokus pada apa yang perlu saya ubah di dalam diri saya. Saya tak mau fokus pada "mengubah orang lain". Bukan lingkungan saya yang harus berubah. Bukan orang tua saya yang harus berubah dan mengerti saya. Bukan teman/sahabat saya yang harus mati-matian saya ubah sudut pandangnya. Bukan! Sekali lagi bukan itu. I change! Saya yang pertama sekali harus berubah.

Saya harus berani mengambil tanggungjawab terhadap sisa perjalanan hidup saya. Apakah hidup saya akan berakhir dengan husnul khatimah (akhir yang baik yang mendapat ridha Ilahi), atau jatuh menjadi su’ul khatimah (akhir yang celaka). Saya yang harus mengambil tanggung jawab itu. Saya lah yang bertanggung jawab! Inilah keputusan paling penting yang mesti saya tetapkan dengan segala kandungan kekuatan maknanya.

Saya harus bertaubat!
Kembali ke jalan-Nya.
Meneladani rasul-Nya.
Mempelajari din-Nya.
Menjaga diri dan waspada atas rayuan syaitan yang terkutuk!

***

Friday, October 30, 2015

4 Karakter dan Sifat Dasar Manusia

Banyak orang di dunia ini yang suka membuat rencana, kemudian membuat rencana baru keesokan harinya. Berulang-ulang. Namun tidak ada satu pun yang dikerjakan…


4 Karakter & Sifat Dasar Manusia
4 Karakter Dasar Manusia





Mengapa bisa begitu?

Adalah Florence Litteur, seorang penulis buku yang berjudul "Personality Plus" yang menjelaskan, bahwa ada 4 sifat dasar atau karakter manusia. Jika semua sudah dipahami, kita akan sangat terbantu sekali berhubungan dengan berbagai macam karakter atau tipe kepribadian orang lain. Kita akan mengerti mengapa seseorang tiba-tiba marah sekali ketika meja kerjanya yang sebelumnya berantakan diatur menjadi rapi. Kita juga akan mudah memahami mengapa seseorang begitu mudah berjanji. Hebatnya, dengan mudah pula ia melupakan janjinya. Kita juga akan mudah mengerti mengapa seorang istri tidak mau mendengar sedikit pun pendapat suaminya, tidak mau kalah, terus saja mempertahankan diri, selalu merasa benar dengan pendapatnya dan semakin sengit bertengkar kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.


Apa saja 4 karakter dasar tersebut?

Yang pertama adalah tipe kepribadian Sanguinis (Yang Populer). Mereka yang memiliki karakter ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia akan jadi menangis tersedu-sedu. Namun sifat manusia tipe sanguinis ini sedikit pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir pendek, dan hidupnya serba tidak beratur. Jika suatu ketika anda melihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, mungkin bisa jadi ia seorang yang punya kepribadian sanguinis. Kemungkinan besar ia memiliki sifat dasar kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa janji apalagi membuat rencana.

Menariknya, kalau diminta melakukan sesuatu, ia dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak melakukan apapun juga.

Berbeda dengan tipe kepribadian kedua, yang sering disebut karakter Melankoli (Yang Sempurna). Karakter manusia golongan ini sangat berseberangan dengan tipe sanguinis. Sifat dasarnya cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya manusia dengan tipe kepribadian ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka, dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun manusia melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan sudah secara mendalam.

Orang dengan sifat melankoli selalu ingin serba sempurna. Ia ingin segala sesuatunya teratur. Oleh karena itu jangan heran jika seorang balita yang melankoli tidak bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun pasangan melankoli anda, sebab betul-betul tertata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu-per-satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan merasa kesal jika susunan itu tiba-tiba jadi berubah.

Tipe ketiga adalah manusia Koleris (Yang Kuat). Manusia dengan tipe kepribadian ini suka sekali mengatur orang, suka menunjuk atau memerintah orang lain, bahkan orang tuanya sekalipun. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia suruh melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang "bossy" itu, banyak orang koleris kurang disenangi teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi korban karakternya yang suka ngatur dan tak mau kalah itu. Akan tetapi karakter koleris ini senang dengan tantangan dan suka petualangan. Mereka merasa, "Hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya maka berantakan semua". Karena itu mereka terlihat "goal oriented", tegas, kuat, cepat, dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, bisa jadi mau dan berani diajak naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat, maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Ia tak mudah menyerah, tak mudah mengalah.

Beda sekali dengan jenis atau tipe keempat, yaitu Phlegmatis (Pecinta Damai). Kelompok ini tak suka konflik, karena itu ia mau disuruh melakukan apa saja, sekalipun ia sendiri tidak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya tidak terus berkepanjangan.


Kaum dengan karakter phlegmatis ini, biasanya kurang bersemangat, kurang teratur dan tampak serba dingin. Cenderung diam, tapi kalau memecahkan masalah umumnya akan sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik. Namun jika diminta mengambil keputusan sendiri, ia akan terus menunda-nunda. Jika anda melihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis, sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

Terkadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, "kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan". Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.

Mencoba Mengerti Orang Lain

Anda termasuk tipe apa? Coba pelajari dan amati istri, suami atau anak-anak anda, apa karakter mereka? Anda akan mulai mengerti mengapa suami-istri-anak-rekan anda bertingkah laku "seperti itu" selama ini. Anda pun akan tertawa sendiri mengingat berbagai perilaku dan kejadian selama ini. Ya, tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur, berdasarkan penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata 4 sifat dasar manusia itu pada hakikatnya juga dimiliki oleh setiap manusia. Yang berbeda hanyalah kadarnya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak karakter manusia.

Ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis. Artinya kedua watak itu dominan dalam mempengaruhi cara kerja dan pola hubungannya dengan orang lain. Di sekitar kita banyak sekali orang-orang koleris sanguinis ini. Ia suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa).

Ada pula golongan Koleris Melankolis. Mungkin anda akan kurang suka bergaul dengan dia. Bicaranya dingin, kalem, kaku, suka mengatur, tak mau kalah dan kalau bicara kadang kerasa agak menyakitkan (walau mungkin sebetulnya ia tak bermaksud begitu).

Setiap jawaban anda selalu ia kejar sampai mendalam. Sehingga serasa diinterogasi, sebab memang ia ingin kondisi sempurna, mengetahui secara lengkap dan mendalam. Menghadapi orang koleris melankolis, anda harus pahami saja sifatnya yang memang begitu lalu sedikit naikkan tingkat kesabaran anda. Yang penting sekarang anda tahu, bahwa ia sebetulnya juga baik, walau tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja.

Lain lagi dengan kaum Phlegmatis Melankolis. Pembawaannya diam, tenang, tapi ingat, semua yang anda katakan akan ia pikirkan, dan analisa. Lalu saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang.

Masih banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada setiap manusia. Akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidup kita. Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha memaafkan pasangannya. Lalu berusaha untuk menyikapinya secara bijaksana.

Begitu pula saat menerima calon pegawai. Untuk bidang-bidang yang membutuhkan tingkat ketelitian dan keteraturan yang tinggi, jauh lebih baik anda tempatkan orang-orang yang melankolik sempurna. Sedang di bagian promosi, iklan, resepsionis, MC, humas, wiraniaga, tentu jauh lebih tepat anda tempatkan orang-orang koleris sanguinis. Tapi jangan coba posisikan orang-orang phlegmatis di bagian penagihan ataupun penjualan. Hasilnya mungkin akan mengecewakan.

Yang penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua bisa mengasah keterampilan kita berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill). Seorang yang ahli dalam berurusan dengan orang lain (memiliki people skill), ia akan mudah beradaptasi dengan berbagai watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi sifat pelupa dan watak acaknya kaum sanguinis, misalnya dengan memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya melakukan segera. Ia pun jago memanas-manasi (menantang) potensi orang koleris untuk mencapai tujuannya, atau membakar sang phlegmatis agar segera bertindak saat itu juga. Inilah seni dalam berinteraksi dengan orang lain, kata Florence. Tentu saja awalnya adalah Anda dulu yang harus berubah. Belajarlah menjadi pengamat tingkah laku manusia, maka Anda akan mengerti indahnya perbedaan.


Begitulah, manusia memang sangat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak itu, mana yang paling baik? Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang paling baik. Semuanya baik. Tanpa manusia sanguinis, dunia ini akan sepi. Tanpa orang melankoli, mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan dan budaya. Tanpa kaum koleris, dunia ini akan berantakan tanpa arah dan tujuan. Tanpa sang phlegmatis, tidak ada orang bijak yang mampu mendamaikan dunia.

Mungkin sekian pembahasan dari saya, semoga artikel ini bermanfaat bagi saya sendiri dan kita semua. Terima kasih atas kunjungan Anda, wassalam.

Silahkan baca juga: 10 Cara Populer Membaca Kepribadian Manusia