Monday, June 17, 2013

Pesona Aisyah

Subhanallah, Aisyah sebagai salah seorang istri Rasulullah begitu kuat daya ingatnya, menceritakan pengalaman demi pengalaman, kata demi kata tentang Nabi Muhammad tanpa sedikitpun termenung-menung atau berpikir lamaSemuanya diucapkan dengan jelas dan seakan terekam di depan mata.
Apa yang dikatakan oleh Aisyah, kemudian menjadi pedoman kita sebagai umat Nabi Muhammad untuk mengikuti semua yang telah diuraikan secara gamblang, mudah dan sangat masuk logika, tidak nampak sedikitpun cerita yang dibuat-buatSangat tepat memang Rasulullah memilih Aisyah sebagai salah satu istrinya, karena Aisyah yang muda, pikirannya masih jernih dan belum terkontaminasi apapunSelain itu Aisyah juga cerdas sehingga mampu mengingat semua perkataan dan sikap RasulullahDengan kecerdasannya inilah membuat Rasulullah merasa nyaman beristrikan Aisyah, bahkan ketika Rasul sedang sakit parah pun memilih tidur dipangkuan AisyahSungguh bijak Aisyah, walaupun terkadang terlihat seperti manja dan kekanakan namun Aisyah mampu memposisikan diri sebagai istri nabi.
 Usianya yang muda pun membuatnya mampu untuk merawikan hadist, meriwayatkan semua kisah-kisah yang dia mulai bersama Rasulullah selama hampir 30 tahun setelah Rasulullah wafatSungguh waktu yang cukup untuk meriwatkan semua kehidupannya bersama Rasulullah kepada para sahabat dengan jelas, tanpa sedikitpun terlupa.
Anak saya yang laki-laki pernah bertanya, mengapa hadist-hadist banyak diperuntukan bagi kaum laki-lakiLalu dia menjawab karena orang-orang yang bertanya serta sahabat Rasulullah hampir semuanya laki-laki, sehingga yang mereka tanyakan dan diriwayatkan adalah tentang laki-lakiHal itu pun merupakan sebuah pemikiran bagi saya sebagai seorang wanita, apabila kita melihat apa yang Aisyah riwayatkan pada wanitaWalaupun banyaknya hadist mungkin lebih sedikit daripada laki-laki, namun bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membuat kita masuk syurga, dan bila kita terlalu banyak khawatir, kita sebagai para wanita tidak fokus sehingga tidak mengerjakan apa yang disuruh agama dengan baik dan benar serta fokus.
Subhanallah Islam itu indah, Aisyah telah membantu kita menjalankan keindahan Islam dengan kehadirannya di sisi Rasulullah, dan bila kita melihat mengapa Aisyah adalah satu-satunya istri Rasul yang gadis, jawabannya hanya satu : Rasulullah ingin memberi tauladan bagi umat mengenai rumahtangga yang dicintai AllahBagaimana Rasul bersikap sebagai suami serta bagaimana Aisyah bersikap sebagi istriTentang kehidupan rumah tangga Rasulullah, kemesraan dan kesakinahan hidup berumahtangga beliau, paling banyak dijumpai dalam kisah rumah tangga dengan AsiyahBila saja Aisyah sudah pernah bersuami sebelumnya, bisa jadi cerita mengenai kemesraan tentang wanita dengan suaminya akan terkontaminasi dengan kisah Aisyah sendiri dengan suami sebelumnyaItulah hikmah mengapa Rasulullah menikahi Aisyah yang gadis dan bukan janda, karena belum ada pengalaman dengan suami sebelumnya sehingga cerita Aisyah murni adalah sikap dan keteladanan Rasulullah, dan ternyata memang semua sisi kehidupan sudah diperhitungkan oleh Allah.

Masya Allah!!!

Sunday, June 16, 2013

Bunda, dimanakah aku di hatimu...

Berawal dari kisah seorang anak yang cerdas dan mandiriKetika ia berada d kelas 1, Anwar tak pernah beralih dari peringkat pertama di kelasnyaIa tumbuh menjadi anak yg cerdas dan kreatif, tak hanya dari segi akademis, Anwar pun cerdas secara spiritual, psikis dan emosionalDia tak pernah menolak ketika ada teman sekelasnya yang meminta untul mengajarkan materi pelajaran yg tidak dimengerti, tak hanya itu, Anwar juga menjadi bintang kelas karena prestasinya di bidang olahraga futsal.

Bagaikan seorang pangeran yang mengenyam pendidikan di istana, Anwar adalah anak yang nyaris sempurna dengan segala prestasi dan akhlak yang baik.

Namun perubahan drastis terjadi pada diri Anwar ketika ia berada di kelas 3 SDWajah yang biasanya berseri dengan senyum yg indah ketika memasuki pintu gerbang sekolah, kini berubah masam, badannya tak lagi tegak, tubuhnya merunduk dan selalu menatap kebawahKini ia tak pernah berada di peringkat pertama di kelasnya lagiBukan karena saingannya bertambah berat, akan tetapi prestasinya lah yang menurun tajamTak kuasa aku melihatnya dengan kondisi seperti itu, tanda tanya besar selalu terbayang dalam benakkuApa yang terjadi dangan anak ku yg cerdas ini? Jangankan bermain futsal, bahkan keluar kelas pun sangat jarang dilakukan ketika bel istirahat berbunyi.

Akan tetapi, hari itu, tiba-tiba Anwar keluar kelas, entah ia akan bermain dmn, tp hatiku sedikit lega ketika ia mulai keluar dari kelasDan keadaan ini pun terus berkembang, Anwar kini berubah menjadi sangat aktif, tak jarang teman2nya dibuatnya menangisDia pun pernah mengambil mainan temannyaTak hanya itu, Anwar yg selalu ke masjid dan sholat ketika mendengar adzan, suatu kali pernah ia tertangkap basah sedang bermain ketika yg lain sholat jum'atHal ini membuatku sangat bingung,
entah mengapa hari itu aku ingin sekali mengecek tas anak-anak, apakah di antara mereka ada yg membawa mainan atau tidakNamun aku terhenyak ketika aku menemukan sesuatu yang lain, yang membuatku terkejut bagaikan terkena kejutan listrik berskala besar.

Hanya secarik kertas, ya, dari secarik kertas itulah aku tau kenapa anakku berubah.
Di kertas itu di tulis, "bunda, dimanakah aku di hatimu?""Setiap pagi, kau bangun dari tidurmu, pergi ke kantor tanpa pernah melihatku bangun dari tidurmu, tidak kah kau lelah? Selama ini aku selalu mendapat nilai bagus, aku juga selalu ranking pertama di kelas, tp tak pernah satu kata pun keluar dari mulutmu bahwa kau bangga dengan prestasi kuHingga akhirnya, aku mencoba untuk menurunkan prestasiku dan sudah beberapa surat dari sekolah yg kuberikan kepadamu tentang hal itu, tapi kau tak pernah berkata apa2Sebenarnya, adakah aku d hatimu?? Akhirnya aku memutuskan bahwa besok aku akan menjadi anak yg sangat nakal dan bodoh supaya bunda bisa memperhatikanku".

Begitulah isi surat tersebut dan akhirnya aku tau kenapa anakku berubah

Habiskan Kesedihan dan Airmata di Dunia

Engkau memiliki air mata yang terbatas. Jika air matamu tidak tumpah didunia, maka ia akan tumpah di akherat. Engkau memiliki gudang kesedihan. Jika engkau habiskan di dunia, maka kesedihan akan terhapus dalam ingatanmu di akherat. Dan engkau akan besama orang orang yang tidak sedih dalam menghadapi goncangan yang dasyat. Oleh karena itu, bayarlah harga seluruhnya pada hari ini, karena di sana tidak ada lagi kesempatan tawar menawar.

Habiskan semua air mata dan kesedihan di dunia dengan bekal Dzikrullah…

Bagimana cara berdzikirnya, Ibnu Qayyim berkata, “Pada suatu hari aku berkata kepada Ibnu Taimiyah,” Ada seorang alim yang bertanya, mana yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba, tasbih (Subhanallah) atau Istighfar? Ibnu Taimiyah menjawab , “Jika baju yang sudah bersih, maka kapur barus dan air bunga mawar lebih bermanfaat baginya; jika baju kotor, maka sabun dan air panas lebih bermanfaat baginya.’ Kemudian ia berkata kepadaku, “Namun bagaimana dengan baju baju yang selalu kotor?”

Abdullah ibnu Umar berkata, “Aku menangis karena takut kepada Allah lebih aku sukai daripada aku bersedekah seribu dinar.”

Abul Faraj ibn Jauzi berkata,” Setetes air mata dipipi lebih bermanfaat daripada seribu tetes air hujan di bumi.”

Seandainya Bukan Karena Perempuan dan Ghanimah?

Ruhul jihad yang membara di setiap dada para mujahid. Mereka hanya mendambakan upah dari Rabbnya. Surga. Di pelupuk mata para mujahid itu terbayang indahnya janji Allah Azza Wa Jalla, yang sangat menyenangkan. Mereka berlomba mendapatkannya. Siang malam para mujahid berperang melawan orang-orang kafir, tanpa henti-henti. Mereka berlomba menyosong datangya kematian, yang akan membawanya kepada kemuliaan di sisi-Nya.

Akhirnya, daratan Eropa dikenal dengan ‘Balad Syuhada’ (tanah bagi para syuhada), karena banyaknya para mujahid yang syahid di daratan itu. Para mujahid yang gagah dan berani, serta ikhlas, mereka mendambakan janji dari Rabbnya, terus maju, memasuki jantung Eropa, itulah sekelumit kisah para Tabi’in, yang ditulis oleh Abdurrahman Rafat Basya.
Semangat jihad yang belum pernah dalam sejarah penaklukan. Kecuali saat itu. Hampir seluruh daratan Eropa menjadi milik umat Islam. Karena kecermalangan para pemimpinnya, dan ketangguhan para mujahid, yang berperang dengan pasukan Eropa. Mereka memenangkannya. Spanyol dan Perancis telah takluk. Perjuangan mereka terus memasuki daratan Eropa, hingga menjelang Jerman.
Kemenangan pasukan Islam, saat Bani Umayyah dipimpin oleh Umar bin Abdul Aziz. Usai pemakaman pamannya Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, dan Umar usai pula membersihkan tangannya dari tanah-tanah, Khalifah yang baru itu, mengganti sejumlah gubernur. Diantara pejabat baru yang dilantik itu, As-Samah bin Malik al-Khaulani yang bertanggung jawab atas seluruh Andalusia, yang sekarang adalah Spanyol, dan beberapa wilayah Perancis.
As-Samah bin Malik al-Khaulani bercita-cita menggambungkan daratan Andalusia (Spanyol) dengan Perancis. Maka, langkah pertama yang dilakukannya menaklukan Norbone, yang dekat dengan Spanyol. Pasukan Islam yang dipimpin Al-Khaulani itu menyisir pegunungan Pyrenees menuju kota Norbonne. Kota ini menjadi kunci untuk memasuki kota-kota Perancis lainnya.
Seperti biasanya pasukan Islam sebelum menaklukan kota itu, memberikan pilihan kepada penduduk, mereka memeluk Islam atau membayar jizyah. Tetapi mereka menolak untuk memeluk Islam dan membayar jizyah. Karena mereka menolak, perang tak dapat dielakkannya, dan kota itu dikepung selama empat pekan, dan akhirnya menyerah, sesudah terjadi pertempuran yang sangat dahsyat yang belum pernah terjadi di sepanjang sejarah Eropa.
Sasaran berikutnya adalah Toulouse, yang menjadi ibukota Octania. Pasukan Islam yang sudah berada di dekat wilayah itu, masuk dengan menggunakan senjata yang belum pernah mereke kenal, dan hampir kota jatuh ke tangan muslimin, tetapi terjadi peristiwa yang menghambat kemenangan.
Tatkala itu, Raja Octania yang mengunjungi para raja-raja di seluruh Eropa, mengajak mereka bergabung menghadapi pasukan Islam, yang dipimpin Al-Khaulani, yang sudah berada diambang pintu, dan mengancam Octania. Berkumpullah pasukan Salib yang berjumlah sangat besar. Untuk mengambarkan itu, sampai seorang sejarawan mengatakan, betapa gemuruh pasukan Salib itu, hingga debu-debu yang mengepul menutupi kota Rhone, siang yang terang oleh matahari itu, menjadi gelap akibat debu, dari kaki-kaki pasukan Raja Octania.
Perang yang tak terelakkan. Gemuruh perang begitu dahsyat. Dua pasukan bertemu, dan As-Samah bin Malik Al-Khaulani selalu berada di garis depan. Pada pertempuran yang sangat dahsyat itu, As-Samah terkena panah, dan robohnya panglima tertinggi yang perkasa itu, dan menemui syahidnya.
Saat terdengar panglimanya As-Samah gugur, pauskan Islam menjadi kocar-kacir, di saat itu pula, tampil, seorang generasi tabi’in, yang ada, mengambil alih kepeimpian dari As-Samah, yang tangguh dan disegani bernama Abdurrahman al-Ghafiqi. Dengan lahirnya panglima perang yang baru itu, berhasil di selamatkan pasukan Islam, yang mengalami kepanikan itu. Mereka yang tercerai-berai.
Abdurrahman Al-Ghafiqi itu mempunyai cita-cita yang sama dengan tokoh-tokoh Islam lainnya, seperti Musa bin Nushair hingga As-Samah bin Malik Al-Khaulani, yang ingin menaklukkan Spanyol, Perancis, Italia, Jerman, hingga Konstantinopel. Dan, Abdurrahman yakin akan dapat mewujudkan impiannya itu.
Suatu senja Abdurrahman Al-Ghafiqi mengundang seorang dzimmi keturunan Perancis yang terikat dengan perjanjian. Lalu, Abdurrahman bertanya, “Mengapa raja kalian, Carll tidak turun untuk membantu raja-raja lainnya yang berperang dengan kami?”, tanya Al-Ghafiqi. “Wahai gubernur, anda telah menepati janji kami. Anda berhak kami percayai”, ucap seorang dzimmi itu.
Musa bin Nushair telah berhasil menaklukkan Spanyol. Kemudian ingin melanjutkan perluasan wilayahnya sampai menjangkau Perancis, melewati Pyerennes. Perjuangan itu berlanjut, yang akan menentukan masa depan Islam di daratan Eropa.
Sebuah dialog raja-raja kecil dengan Maha Raja, yang mempunyai pengaruh di daratan Eropa, dan dia berkata, “Masalah ini sudah saya pikirkan secara mendalam dan saya mengira untuk saat ini tidak perlu menghadapi mereka secara langsung.Mereka orang-orang yang bermental baja. Mereka kaum yang memiliki aqidah yang kokoh, sehingga tak menghiraukan jumlah dan senjata. Mereka mempunyai iman dan kejujuran yangjauh lebih berharga dibandingkan senjata, pakaian perang atau kuda. Karena itu, lebih baik kita membiarkan mereka, kaum muslimin terus menumpuk harta dan ghanimah, lalu membangun rumah dan gedung –gedung serta melipatgandakan jumlah budak laki-laki dan perempuan dan lihatlah, mereka akan berebut kekuasaan. Pada saat itu itu kita bisa menaklukan mereka dengan mudah tanpa banyak pengorbanan”, ucap Maha Raja itu.
Mendengar dialog itu, Abdurrahman Al-Ghafiqi sangat terkejut. Betapa, beliau sudah mengelilingi kota-kota dan desa-desa di wilayah Andalusia, dan mendidik mereka dengan iman, tetapi Maha Raja itu, masih dapat mengatakan akan mengalahkannya, hanya akibat umat Islam terlena oleh banyaknya ghanimah.
Tetapi, sejarah menyatakan, dan inilahnya pahitnya kehidupan, yang tak dapat ditolak oleh siapapun, perjalanan kehidupan kaum muslimin selalu ada orang-orang yang terlena oleh kehidupan dunia. Ini terjadi yang tidak dapat dipungkiri. Seandainya bukan harta dan kehidupan duniawi, daratan Eropa sudah menjadi negeri-negeri muslim.
Pengkhianatan itu, pertama terjadi oleh Utsman bin Abi Nus’ah, amir penjaga perbatasan yang dipercaya oleh panglima perang Abdurrahman Al-Ghafiqi. Padahal, ia dipercaya untuk memimpin pasukan inti diperbatasan untuk menghadapi musuh. Tetapi, pilihan Abdurrahman itu keliru, dan orang yang dipercaya itu, berkhianat, dan karena ambisinya itu, dan lalu menculik puteri Raja Octania, yang bernama Minnin. Minnin terkenal sangat jelita, berdarah bangsawan, masih belia, dan sebagai penghuni istana. Puteri Minnin inilah yang membuat Utsman bin Abi Nus’ah tergila-gila.
Utsman bin Abi Nus’ah yang dipercaya oleh Abdurrahman Al-Ghafiqi , akibat sudah tergila-gila dengan kecantikan puteri Minnin, kemudian ia membuat perjanjian perdamaian dengan Raja Octania. Dan, Utsman memberi jaminan keamanan kepada Raja Octania.
Begitulah, ketika datang perintah untuk menyerbu wilayah Octania, maka Utsman bin Abi Nus’ah menjadi bimbang untuk melaksanakannya. Kabar yang sampai ke telinga Abdurrahman Al-Ghafiqi menjadi sangat marah, akibat pengkhiatan yang dilakukan oleh Utsman. “Perjanjian yang anda lakukan yang anda lakukan tidak sah, maka tidak ada keharusan prajurit Islam mentaatinya”, ujar Abdurrahman.
Selanjutnya, panglima perang Islam, itu mengirimkan pasukan untuk menangkap pengkhianat Utsman bin Abi Nus’ah. Pasukan yang diutus itu berhasil menaklukan dengan pertempuran diatas gunung, dan Utsman bin Nus’ah dengan berbagai tusukan pedang. Sedangkan Minnin, puteri Raja Octania itu tertangkap, kemudian di kirim ke Damaskus. Saat melihat puteri Minnin itu, Abdurrahman Al-Ghafiqi memalingkan wajahnya, karena puteri itu terlalu cantik.
Perang terus berkecamuk memperebutkan wilayah Perancis, yang luas, dan pasukan berhasil menguasai kota-kota penting. Raja Octania yang lolos itu, kembali berperang dengan jumlah pasukan yang lebih besar. Kemenangan oleh pasukan Islam, memasuki wilayah Perancis, seperti Lyon, Boerdeaux, yang merupakan pintu masuk yang sangat penting mengausai Perancis, dan hanya seratus mil lagi masuk kota Paris. Dunia Eropa sangat tersentak melihat Perancis selatan telah dikuasai pasukan Islam yang dipimpin Abdurrahman al-Ghafiqi.
Ghanimah begitu melimpah. Bangunan tenda-tenda yang besar- besar sudah tidak dapat menampung lagi ghanimah dari haisl peperangan itu. Tetapi, panglima perang Abdurrahman Al-Ghafiqi terus bertempur dengan gagah berani, menyapu pasukan Salib, yang ingin mencoba mengahalanginya. Dan, akhirnya kota Tours, kota Perancis yang sangat indah, penuh dengan bangunan tua yang sangat indah dan menyimpan berbagai benda yang berharga.
Ketika itu, saat bulan Sya’ban 104 Hijriyah Abdurrahman Al-Ghafiqi bersama pasukan yang perkasa memasuki kota Poiters. Mereka disambut oleh pasukan besar Eropa yang dipimpin oleh Karel Martel. Perang yang amat dahsyat antara kedua belah pihak, yang kemudian dikenal dengan : Balad Syuhada’. Karena banyaknya para syuhada yang gugur dimedan perang ini.
Saat inilah pasukan Islam mulai terpecah konsentrasinya, apalagi Karl Martel menyiasati dengan melalui belakang menyerang tempat-tempat penyimpanan ghonimah, tenda-tenda yang ada di tempat padang yang sangat luas itu dibakar oleh pasukan Karel Martel.
Sungguh sangat getir, ketika itu pasukan Islam dalam puncak kejayaannya, punggung-punggung pasukan Islam sudah terlalu berat dengan beban ghanimah, yang memberatkan gerak langkah mereka. Mereka tergoda dengan ghanimah, yang menyebabkan melupakan tujuan mereka yang ingin mendapatkan kejayaan Islam, dan kemuliaan di sisi-Nya. Di saat itu pula, tiba-tiba panglima perang Abdurrahman Al-Ghafiqi tewas terkena panah.

Inilah menandakan akhir dari satu episode perjuangan yang penuh dengan kemenangan, akhirnya harus kandas, karena godaan duniawi. Andai kata mereka tidak tergoda oleh duniawi, mungkin sekarang seluruh daratan Eropa sudah menjadi milik kaum muslimin, sehingga pemeluknya bebas melaksanakan syariah-Nya. Tapi, Allah memberikan ujian kepada kaum muslimin, dan gagal, menghadapi ujian itu. Wallahu’alam. (Mh)

Sholatkan, Bila Mereka Tidak Membantu

Alangkah indahnya bangunan itu, fondasinya kokoh, tiang-tiangnya tinggi kuat, atapnya luas, jendelanya besar menawan, menyita perhatian setiap orang yang melihatnya. Sungguh serasi dan saling menguatkan. Itulah bangunan masyarakat muslim bagaikan bangunan yang kokoh masing-masing bagian saling menguatkan antara satu dan lainnya.

“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang saling menopang, lalu beliau menautkan antar jari-jemari (kedua tangannya)”. (HR. Bukhari, Muslim)

Musibah seorang mukmin adalah musibah bagi semua orang yang beriman, mereka bersaudara dalam balutan kasih sayang, saling membantu, saling mengingatkan saling meringankan beban yang lainnya. Peduli atas penderitaan sesama, berusaha mengangkat saudaranya dari kubangan masalah, membantunya bangkit, berdiri dan melangkahkan kakinya agar kelak bisa berlari bersama lagi memikul beban dakwah yang tidak ringan.

Orang-orang yang beriman bagaikan satu jasad yang tak akan bisa tidur nyenyak apabila ada anggota tubuhnya yang sakit. Kakipun melangkah walau terasa penat, tanganpun bergerak mecari obat agar rasa pening itu pergi meninggalkan kepala. Rasulullah bersabda:

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur”. (HR. Bukhari, Muslim)

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak mendzalimi saudaranya, tidak menipunya, tidak memperdayanya dan tidak meremehkannya”. (HR. Muslim)

Suatu hari Ibnu Syubrumah membantu seseorang menyelesaikan permasalahan besar yang dihadapinya. Orang itupun datang membawa hadiah.

Ibnu Syubrumah berkata: “Apa ini?”

Dia menjawab: “Balasan atas jasamu dalam membantu kesulitanku”
Beliau berkata: “ambillah uangmu, semoga Allah mengampunimu. Jika engkau meminta tolong kepada saudaramu untuk membantu menyelesaikan kesulitanmu lalu dia tidak bekerja keras membantumu maka ambillah wudhu, shalatlah dengan empat takbir (shalat jenazah) dan masukkanlah dia ke dalam golongan orang-orang mati. Orang yang tidak mau mebantu menyelesaikan masalah saudaranya seiman dia adalah orang mati karena tidak ada kebaikan dalam dirinya”.

Subhanallah, nasehat yang amat menyentuh, obat mujarrab bagi masyarakat muslim dalam zaman modern ini yang telah ternodai dengan nilai-nilai materialisme. Nasehat beliau bagaikan tetesan air hujan di masa kemarau panjang yang menumbuhkan kesadaran kita bahwa nilai ukhuwah di atas semua sekat-sekat duniawi. Seringkali setan menggoda kita dengan beribu macam alasan agar tidak peduli dengan keadaaan saudara kita, khususnya alasan klasik: “itu kan kesalahn dia”. “salahnya sendiri” dan ungkapan-ungkapan lainnya yang berasal dari bisikan setan.

Mari kita renungkan sabda Rasulullah:
“Janganlah seorang mukmin membenci wanita mukminah, jika dia membenci salah satu perangainya, niscaya dia akan ridha dengan perangainya yang lain.” (HR. Muslim)

Tidak ada sosok manusia yang sempurna di muka bumi ini, kelemahan seseorang adalah kewajiban bagi kita sesama mukmin untuk menutupunyi agar menjadi bangunan yang kokoh. Bukan mengekspos kelemahan itu karena kelak akan menghancurkan bangunan yang susah payah kita bangun.

Untuk meraih cinta Allah tak cukup hanya dengan kesolehan pribadi kita juga harus menggapainya dengan kesolehan sosial, mari kita renungkan kisah berikut:

seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shallallahualaihiwassalam dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah Shallallahualaihiwassalam menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani, disohihkan syeh Al Bani dalam silsilah sohihah)

MUTIARA ULAMA SALAF
Dalam sejarah kehidupan orang soleh terdahulu terdapat banyak contoh nyata bagi kita dalam membantu saudara seiman menyelesaikan berbagai macam problematika hidupnya. Berikut sebagian sejarah itu:
Abu bakar as shiddiq biasa memerahkan susu bagi penduduk desa, saat beliau diangkat menjadi kholifah seorang wanita berkata: “sekarang beliau tidak akan memerahkan lagi untuk kita” abu bakar berkata: “Tidak, saya berharap jabatan ini tidak akan mengubah perbuatan baik yang biasa aku lakukan sebelumnya”.
Umar bin Khottab biasa membantu beberapa janda mengambilkan air untuk mereka di malam hari. Pada suatu malam Tolhah melihat Umar masuk ke salah satu rumah wanita. Keesokan harinya Tolhah masuk ke rumah tersebut, ternyata di dalamnya ada seorang wanita tua dan buta. Tolhah bertanya: “apa yang dilakukan laki-laki itu tadi malam?”

Wanita itu menjawab: “Dia sudah lama membantu saya, membawakan kebutuhan saya dan mejauhkan kotoran dan penyakit”

Tolhah berkata: “Sungguh engkau telah memberatkan ibumu wahai Tolhah. Apakah engkau hendak mencari-cari kesalahan Umar?”

Abu Wail setiap hari keliling kampung membantu para wanita dan orang-orang lanjut usia, membeli kebutuhan mereka dan keperluannya.

mujahid berkata: “Saya menemani Ibnu Umar dalam sebuah perjalanan untuk membantu beliau tapi ternyata beliau malah lebih banyak membantu saya”.

Hakim bin Hizam selalu sedih atas hari di mana beliau tidak mendapatkan seseorang yang bisa beliau bantu menunaikan keperluannya. Beliau berkata: “Kalau saya memasuki waktu pagi tanpa menemui orang lemah yang bisa kubantu di depan pintu rumaku maka aku sadar kalau itu adalah musibah yang ditimpakan Allah kepadaku. Semoga Allah akan memberikan pahala bagiku di dalamnya”. (LR/ Berbagai sumber)

Cucunya Ash Shidiq, Didikkan Aisyah Ra, Kemuliaan Fuqaha yang Terwariskan

“..kalau saja saya memiliki kewenangan, tentulah aku akan mengangkat Al Qasim bin Muhammad sebagai khalifah..” (umar bin Abdul Azis)
Pernahkan anda mengetahui tentang Al Qasim bin Muhammad bin abu Bakar Ash-Shidiq ? Dia adalah salah satu dari tujuh Fuqaha Madinah yang paling utama ilmunya pada zamannya, paling tajam kecerdasan otaknya dan paling bagus sifat wara. Beliau lahir pada masa khilafah Utsman Bin Affan. Ayahanda beliau adalah Muhammad bin Abu Bakar Ash –Shidiq. Ibunya adalah putri Yazdajir dari raja Persia yang terakhir, sedangkan bibinya dari pihak ayah adalah Aisyah, Ummul Mukminin.

Seiring dengan tumbuh berkembangnya , badai fitnah sedang menimpa kaum muslimin saat itu. Hingga mengakibatkan terbunuhnya khalifah yang zuhud, ahli ibadah, Utsman bin Affan sebagai syuhada, sedangkan Mushaf Al Qur’an berada dalam dekapannya.

Tak lama setelah itu muncul sengketa besar antara Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a dengan Mu’awiyah bin Abu Sofyan bin harb, seorang gubernur untuk wilayah Syam.

Dalam rangkaian keadaan genting dan peristiwa-peristiwa yang mencekam itu, anak ini bersama adik perempuannya dibawa dari Madinah ke Mesir menyusul kedua orang tuanya . Ayahnya diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Ali Bin Abi Thalib.

Di kota ini, dia pun harus menyaksikan cakar-cakar fitnah yang mencengkram sampai akhirnya ayah beliau tewas dengan cara yang keji. Selanjutnya ia pulang lagi ke Madinah setelah kekuasaan dipegang oleh Mu’awiyah. Setibanya di madinah bibinya, Aisyah binti Abu Bakar, ummul Mukminin, mengutus seseorang untuk mengambil dia dan adiknya untuk dibawa kerumahnya dan dipelihara di bawah pengawasannya.

Al Qasim menuturkan kisahnya yang penuh keprihatinan itu , “ ternyata belum pernah aku menjumpai seorang ibu dan ayah yang lebih besar kasih sayangnya daripada beliau (Aisyah ra). Beliau menyuapi kami dengan tangannya, sedang beliau tidak makan bersama kami. Bila tersisa makanan dari kami , barulah beliau memakannya. Beliau mengasihi kami seperti seorang ibu yang masih menyusui bayinya. Beliau yang memandikan kami, menyisiri rambut kami , memberi pakaian yang putih bersih . Beliau senantiasa mendorong kami untuk berbuat baik dan melatih kami dengan keteladanannya langsung. Beliau juga yang mengajar kami membaca Kitabullah dan meriwayatkan hadits-hadits yang bisa kami pahami. Di hari Raya bertambahlah kasih sayangnya kepada kami dengan memberi hadiah-hadiahnya untuk kami dan menyediakan daging Udhiyyah.

Suatu hari beliau memakaikan baju warna putih dan mendudukkan kami dipangkuannya . Paman Abdurrahnmaan kemudian datang atas undangannya. Lalu Bibi Aisyah mulai berkata dengan pujiannya kepada Allah SWT. Sungguh aku belum pernah sebelum dan sesudahnya baik laki-laki ataupun perempuan yang berkata kepada paman : “ Wahai saudaraku,” Aku melihat sepertinya anda menjauh dari saya sejak saya mengambil dan mengasuh anak ini, demi Allah saya melakukannya bukan karena lancang kepada Anda dan bukan pula karena menaruh sangka buruk kepada Anda, Hanya saja anda memiliki istri lebih dari satu , sedangkan kedua anak kecil ini belum bisa mengurus dirinya sendiri. Maka saya khawatir keduanya dalam keadaan yang tidak disukai dan tidak sedap dalam pandangan istri-istrimu. Sehingga saya merasa lebih berhak umtuk memenuhi hak keduanya ketika itu. Namun sekarang keduanya telah beranjak dewasa dan mampu mengurus dirinya sendiri, maka bawalah mereka dan aku serahkan tanggung jawabnya kepada Anda”.. Begitulah akhirnya paman Abdurrahman membawa kami ke rumahnya.

Kenangan kami akan bibi Aisyah masih terus melekat. Kami rindu pula kepada rumah nya , pada lantai rumahnya yang bercampur dengan kesejukan nubuwat. Lingkungan yang sejuk itu menghidupkan sanubari selama hayatnya. Sehingga ia sering membagi waktu antara rumah bibi dan pamannya. Kesan-kesannya sangat dalam seperti berikut ini : Suatu hari aku berkata kepada bibi Aisyah : “ Wahai Ibu tunjukkan kepadaku kubur Nabi Muhammad dan kedua sahabatnya, aku ingin sekali melihatnya ..”Tiga kubur itu berada dalam rumahnya , ditutup dengan sesuatu untuk menghalangi pandangan.

Diperlihatkannya tiga buah makam yang tidak digundukkan dan tidak pula dicekungkan. Ketiganya ditaburi kerikikl merah seperti yang ditaburkan di halaman masjid. Saya bertanya” Yang mana makam Rasulullah?” Beliau menunjuk sambil menetes air mata di pipinya yang segera disekanya agar aku tidak melihatnya. Makam Nabi itu agak lebih menonjol tempatnya dibanding dua sahabatnya.

Saya bertanya lagi mana makam kakekku ? Sambil menunjuk satu kubur beliau berkata, ”yang ini” , kulihat makam kakekku sejajar dengan letak bahu Rasulullah “Yang ini makam Umar ?” beliau menjawab “ Benar”. Kulihat letak kepala Umar sejajar dengan jari-jari kakekku dengan segaris kaki Nabi.

Menginjak remaja, cucu Abu Bakar ini telah hafal seluruh juz Kitabullah dan menimba hadits-hadits dari bibinya Aisyah r.a sebanyak yang dikehendaki Allah. Al Qasim yang sudah menjadi pemuda ini juga seingkali duduk di majelisnya Abu Hurairahh , Abdullah bin Umar , Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair , Abdullah bin Ja’far, Abdullah bin Kabab, Rafi’ bin Khudaij dan Aslam pembantu Umar Bin Khatab, dsb.

Hingga pada gilirannya ia kemudian menjadi manusia yang pandai dalam hal As Sunnah pada zamannya dimana ketika seeorang belumlah dianggap sebagai tokoh sebelum dia mendalami sunnah-sunnah Rasulullah. Setelah sempurna perlengkapan ilmunya , orang-orang banyak belajar kepada cucu Abu Bakar ini. Sementara beliau memberikan ilmunya tanpa pamrih atau jual mahal. Beliau tak pernah absen untuk pergi ke Masjid Nabawi setiap hari lalu shalat dua rakaat kemudian duduk di bekas tempat Umar ra di Raudhah. Selanjutnya berkumpullah murid-muridnya dari segala penjuru untuk menimba ilmu dari sumbernya yang segar dan bersih , melegakan jiwa-jiwa yang haus akan ilmu.

Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Al Qasim bin Muhammad dan putra bibinya Salim bin Abdullah bin Umar, menjadi dua imam Madinah yang terpercaya, didengar tutur katanya dan ditaati kendati keduanya tidak memiliki wilayah kekuasaan ataupun jabatan. Masyarakat mengangkat keduanya karena ilmunya, sikap wara’ dan takwanya dan karena sikap zuhudnya terhadap apa-apa yang dimiliki oleh manusia dan hanya berharap terhadap apa-apa yang disisi Allah. Martabat keduanya mencapai puncaknya hingga khalifah-khalifah Bani Umayyah pun dan bawahannya hormat padanya. Penguasa-penguasa tersebut pun bahkan tidak pernah memutuskan masalah yang pelik kecuali setelah mendengarkan pendapat kedua fuqaha ini.

Sebagai contoh ketika Al Walid bin Mabdul Malik berkeinginan untuk memperluas Al Haram Nabawi yang mulia. Rencana ini tidak bisa dilaksanakan tanpa membongkar masjid yang lama pada keempat arahnya dan menggusur rumah istri-istri Nabi SAW untuk perluasan. Persoalan ini akan berpotensi menimbulkan konflik diantara kaum muslimin dan menyakiti perasaan mereka . Maka khalifah menulis surat kepada Umar bin Abdul Azis , wali Madinah.

Dengan segera Gubernur Madinah Umar bin Abdul Azis mengundang Al Qasim bin Muhammad dan Salim Bin Abdullah bin Umar dan para pemuka kaum muslimin Madinah. Kepada mereka dibacakan surat perintah khalifah yang baru saja diterima. Ternyata mereka gembira dengan apa yang direncanakan oleh Amirul Mukminin dan siap sedia mendukung rencana tersebut. Demi melihat imam-imam dan ulama mereka turun tangan sendiri melaksanakan pemugaran masjid, penduduk Madinah secara serentak turut membantu dan melaksanakan sebagaimana yang dimohonkan dalam surat Amirul Mukminin kepada Gubernur Madinah untuk melibatkan keturunan Umar bin Khatab dan Abu Bakr membantu penyelesaian masalah ini. Bahkan bantuan Kaiasar Romawi yang menyumbang perluasan mesjid Nabawi dengan 100 kg emas murni pun diterima setelah Umar bin Abdul Azis bermusyawarah dengan Qasim bin Muhammad.

Alangkah miripnya Al Qasim dengan kakeknya Abu Bakar Ash Shidiq, sampai-sampai orang berkomentar, ” Tidak ada anak keturunan Abu Bakar yang lebih mirip dengan beliau daripada Al Qasim , Dia begitu serupa dalam akhlak, bentuk fisik keteguhan iman dan kezuhudannya ..: sebagai contoh ketika ada orang dusun datang ke masjid lalu bertanya kepada beliau “ Siapakah yang lebih pandai , anda ataukah Salim bin Abdullah ?” Al Qasim berpura-pura sibuk sehingga si penanya mengulangi pertanyaannya . Beliau menjawab”” Subhanallah”.

Begitupula ketika ada tuduhan bahwa beliau mengambil jatah pembagian harta sedekah. Ada satu orang yang tidak puas dengan pembagiannya dan mendatangi beliau di masjid yang ketika itu beliau sedang sholat. Putra Al Qasim yang jengkel dan kemudian melakukan pembelaan kepada ayahnya berkata,” Demi Allah engkau telah melemparkan tuduhan terhadap orang yang tidak sepersen pun mengambil bagian dari harta sedekah itu dan tidak makan walau sebutir kurma” . Setelah menyelesaikan shalatnya , Al Qasim berkata kepada putranya “ Wahai putraku, ..mulai hari ini janganlah engkau bicara tentang masalah yang tiada engkau ketahui…” Orang-orang berkata, apa yang dibela oleh anaknya adalah benar, namun Al Qasim ingin agar putranya menjaga lidah dalam mencampuri urusan orang lain. Al Qasim pun sebagai ulama besar adakalanya tak jarang mengatakan, ”aku tidak tahu…aku tidak tahu..” . Ketika orang-orang bertanya kepadanya tentang sesuatu yang memang beliau belum nengetahui permasalahannya.

Al Qasim hidup sampai usia 72 tahun dan wafat dalam perjalanannya ketika menuju haji ke Mekah. Ketika beliau merasa ajalnya telah dekat,beliau berpesan kepada putranya,” Bila aku mati , kafanilah aku dengan pakaian yang aku pakai untuk shalat. Ghamisku, kainku dan surbanku. Seperti itulah kafan kakekmu , Abu Bakar Ash Shidiq. Kemudian ratakanlah makamku dan segera kembali kepada keluargamu. Jangan engkau berdiri di atas kuburanku seraya berkata “ Dia dulu begini dan begitu…karena aku bukan apa-apa.” 
(LR/ Berbagai sumber)

Menghadapi Fitnah

Fitnah secara terminologinya bermakna ujian atau cobaan. Sebagaimana diketahui bahwa kehidupan seorang muslim tidaklah lepas dari fitnah baik berupa fitnah harta, wanita, anak maupun jabatan untuk menguji kualitas keimanan mereka kepada Allah swt, sebagaimana firman Allah swt :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢ 

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣
Artinya : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut : 2 – 3)
Fitnah ini bisa berupa kesenangan atau kesulitan, kemudahan atau kesusahan, kebahagiaan atau kesengsaraan, pujian atau hinaan, sanjungan atau hardikan dan lainnya. Nabi Yusuf as diuji dengan wanita, Yunus as dengan dilempar ke laut dan masuk ke perut ikan, Ayub dengan kehilangan keluarga dan harta bendanya, Muhammad saw dengan harta, kekuasaan, bahkan dengan tuduhan bahwa beliau adalah tukang sihir, orang gila, pemecah belah dan berbagai fitnah berat lainnya.
Dan hal yang serupa pun dialami oleh orang-orang beriman setelahnya meskipun dengan kualitas ujian yang lebih rendah dari mereka, para nabi as, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka.” (HR. Ahmad)
Begitu pula dengan fitnah yang tengah anda alami saat ini dari lingkungan tempat anda bekerja maka janganlah hal itu membuat anda galau, resah, hilang semangat bekerja apalagi berputus asa.
Adukanlah permasalahan yang tengah anda hadapi ini kepada Yang Maha Mengetahui dan Maha Mendegar didalam dzikir-dzikir dan doa-doa anda terutama diwaktu-waktu terbaik untuk berdoa, seperti : antara adzan dan iqomat, saat turun hujan lebat, setetelah mengkhatamkan al Qur’an, saat berbuka puasa dan setelah melaksanakan shalat.
Kalimat-kalimat tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dzikir-dzikir yang matsur atau ayat-ayat Al Quran yang senantiasa membasahi bibir anda di setiap keadaan akan membuat hati anda menjadi tenang, tidak dihantui ketakutan, dijauhkan dari kegalauan dan kebingungan karena tidaklah itu semua terjadi kecuali atas kehendak Allah swt.
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d : 28)
Hal penting lainnya adalah didalam pergaulan, hendaklah anda tetap bersikap seperti biasa terhadap teman-teman kantor anda sekalipun diantara mereka ada orang-orang yang anda yakini ikut menyebarkan fitnah terhadap anda karena islam tidaklah membolehkan membalas suatu keburukan dengan keburukan pula, sebagaimana firman Allah swt :
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ
Artinya : “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Mukminun : 96)
Adapun tentang kekhawatiran adanya guna-guna dari orang lain terhadap anda maka janganlah membuat anda cemas sehingga menghambat aktivitas anda. Apa yang anda alami saat ini, seperti : hati yang penuh rasa takut, pundak tegang atau perut yang sering sakit bisa jadi adalah efek dari kekosongan hati anda dari dzikrullah. Untuk itu cobalah anda perbanyak dzikrullah dengan dzikir-dzikir harian, istighfar, doa, sebagaimana penjelasan diatas, sesungguhnya inilah ruqyah anda terhadap diri anda sendiri.
Sesungguhnya yang terbaik adalah anda meruqyah diri sendiri dan tidak meminta orang lain untuk melakukannya seperti yang pernah dilakukan Rasulullah saw terhadap dirinya sendiri.
Didalam “Shahih al Bukhori” dari Aisyah berkata,”Rasulullah saw apabila menuju tempat tidurnya dia menghembuskan (nafasnya) ke kedua telapak tangannya dengan (membaca) qul huwaallahu ahad dan dua surat perlindungan (al Falaq dan an Naas) sekaligus lalu beliau saw mengusapkan kedua telapak tangannya itu ke wajahnya juga ke bagian-bagian tubuhnya yang bisa disentuh oleh kedua tangannya.”
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa—didalam “ash Shahihain—disebutkan dari Nabi saw bersabda,”Ada 70 ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa dihisab.” Beliau saw menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah …..” Syeikhul Islam lalu mengatakan bahwa mereka—orang-orang yang tidak meminta diruqyah—adalah orang-orang yang tidak meminta orang lain untuk meruqyah mereka. Ruqyah adalah bagian dari doa maka mereka tidak memerlukan orang lain untuk itu.” (Majmu’ al Fatawa juz I hal 182)
Akan tetapi jika memang anda masih merasa memerlukan orang lain untuk meruqyah diri anda maka diboolehkan selama cara-cara ruqyah yang digunakan tidak bertentangan dengan syariat atau tidak mengandung kemusyrikan didalamnya.
Wallahu A’lam

Thursday, June 13, 2013

Mau Tahu Akhlak Sebenarnya seseorang? Tanyalah Istrinya Atau ajaklah bersafar



Tak jarang kita mendengar seseorang sangat care dengan teman kantor atau baik pergaulannya dengan sahabatnya, akan tetapi ia bisa saja jelek pergaulan bahkan kejam dengan istrinya. Perlu diketahui bahwa bagaimana akhlak laki-laki dengan istrinya itu adalah akhlaknya sebenarnya. Jadi jika ingin mencari testimoni akhlak seseorang tanyalah kepada istrinya. Kemudian cara lainnya yaitu dengan mengajaknya bersafar atau bertanya kepada teman yang sering bersafar dengannya.

Akhlak laki-laki sesungguhnya adalah akhlak dengan istri di rumahnya
Akhlak dirumah dan keluarga menjadi barometer karena seseorang bergaul lebih banyak di rumahnya, bisa jadi orang lain melihat bagus akhlaknya karena hanya bergaul sebentar. Khusus bagi suami yang punya “kekuasaan” atas istri dalam rumah tangga, terkadang ia bisa berbuat semena-mena dengan istri dan keluarganya karena punya kemampuan untuk melampiaskan akhlak jeleknya dan hal ini jarang diketahui oleh orang banyak. Sebaliknya jika di luar rumah mungkin ia tidak punya tidak punya kemampuan melampiaskan akhlak jeleknya baik karena statusnya yang rendah (misalnya ia hanya jadi karyawan rendahan) atau takut dikomentari oleh orang lain. 
Wanita adalah mahkluk yang lemah di hadapan laki-laki, jika seseorang bisa mengusai dirinya dalam bermuamalah dengan orang yang lemah maka itu penampakan akhlaknya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh syaikh Al-Mubarakfuriy,

“Karena kesempurnaan iman akan mengantarkan kepada kebaikan akhlak dan berbuat baik kepada seluruh manusia. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, karena mereka para wanita adalah tempat meletakkan kasih sayang disebabkan kelemahan mereka.”

Hal ini sesuai dengan bimbingan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya”

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.”

Muhammad bin Ali Asy-Syaukani rahimahullah menjelaskan hadits,

“Pada hadits ini terdapat peringatan bahwa orang yang pailng tinggi kebaikannya tertinggi dan yang paling berhak untuk disifati dengan kebaikan adalah orang yang terbaik bagi istrinya. Karena istri adalah orang yang berhak untuk mendapatkan perlakuan mulia, akhlak yang baik, perbuatan baik, pemberian manfaat dan penolakan mudharat. Jika seorang lelaki bersikap demikian maka dia adalah orang yang terbaik, namun jika keadaannya adalah sebaliknya maka dia telah berada di sisi yang lain yaitu sisi keburukan.

Banyak orang yang terjatuh dalam kesalahan ini, engkau melihat seorang pria jika bertemu dengan istrinya maka ia adalah orang yang terburuk akhlaknya, paling pelit, dan yang paling sedikit kebaikannya. Namun jika ia bertemu dengan orang lain
, maka ia akan bersikap lemah lembut, berakhlak mulia, hilang rasa pelitnya, dan banyak kebaikan yang dilakukannya. Tidak diragukan lagi barangsiapa yang demikian kondisinya maka ia telah terhalang dari taufik (petunjuk) Allah dan telah menyimpang dari jalan yang lurus. Kita memohon keselamatan kepada Allah.”

Bagaimana kalau ia belum punya istri?
Ajaklah ia bersafar/berpergian atau tanyalah kepada teman yang pernah bersafar denganya. Ini juga salah satu cara agar mengetahui hakikat akhlak seseorang.
Syaikh Muhammad bin shalih Al-Ustaimin berkata,

“Diistilahkan safran [سَفْرًا l] karena diambil dari makna al-isfar [الْإِسْفَارُ ] yaitu: keluar dan terang, nyata. sebagaimana dikatakandalam ungkapan [أَسْفَرَ الصُّبْحُ] yaitu bersinar atau bercahaya. Secara makna disebut  as-safaru–safran karena “membuka perihal akhlak seseorang.” Maksudnya, menjadikan jelas dan nyata keadaannya. Berapa banyak orang yang belum terkuak jati dirinya, bisa terungkap setelah melakukan safar/bepergian bersamanya. Ketika dalam safar itulah engkau mengetahui akhlak, perangai dan wataknya.”

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata,

“Disebut as-safaru–safran karena “membuka perihal akhlak seseorang. Pada umumnya, seseorang yang tinggal di daerah asalnya tidak menampakkan kejelekan akhlaknya karena ia terbiasa dengan apa yang seseuai dengan tabiatnya yang biasa ia hadapi. Jika ia melakukan safar, maka tidak tidak biasa lagi dengan keadaan dan kebiasaannya. Ia akan diuji dengan kesusahan safar yang berat dan tersingkaplah kejelekan dan diketahui aib-aibnya.”

Dalam suatu riwayat mengenai Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu :
“Umar bin Al-Khatthab radhiallahu ‘anhu ada seseorang yang merekomendasikan temannya, beliau bertanya, “Apakah engkau pernah melakukan safar bersamanya? Apakah engkau telah bergaul dengannya?” jika jawabannya “Ya.” maka Umar pun menerimanya. Jika jawabannya “Belum pernah”, maka Umar  akan mengatakan, “Engkau belum mengetahui hakikat senyatanya tentang orang itu.”

Sahabat sejati adalah sahabat di saat kesulitan dan kesusahan
Salah satu tolak ukurnya dengan safar karena safar identik dengan kesulitan dan kesusahan. Disaat senang dan tenang semua bisa jadi teman akan tetapi di saat sulit dan susah tidak semua bisa jadi teman yang baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bepergian itu bagian dari azab. Seseorang akan terhalang (terganggu) makan, minum, dan tidurnya. Maka, bila seseorang telah menunaikan maksud safarnya, hendaklah ia menyegerakan diri kembali kepada keluarganya.”
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata,

“Barangsiapa yang ketika bersafar mengalami kesusahan dan keletihan ia tetap berakhlak yang baik, maka ketika tidak bersafar ia akan beraklak lebh baik lagi. Sehingga dikatakan, jika seseorang dipuji muamalahnya ketika tidak bersafar dan dipuji muamalahnya oleh para teman safarnya,maka janganlah engkau meragukan kebaikannya.”

Hati-Hati Dan Lebih Bijak Ngompor-Ngompori Nikah (Muda) Dan Poligami!

“kok belum nikah-nikah akhi? Apalagi yang ditunggu? Buruan dah, bisa jadi bujang lapuk ntar”
“terima saja pinangannya ukht, ‘Aisyah saja menikah usia tujuh tahun, kalau ditolak nanti terjadi kerusakan seperti dalam hadits lho”
“ente ni takut ama istri atau memang kurang jantan, rumah udah dua, uang banyak, jabatan oke. Ane aja yang biasa-biasa aja udah tiga”

Memberikan semangat dan mengompor-ngompori memang perlu dilakukan, demi menghendaki kebaikan kepada saudaranya, apalagi dalam suatu hal yang bermanfaat bagi dunia terlebih akhirat. Segera menikah (nikah muda) dan poligami adalah yang paling sering menjadi bahan mengompor-ngompori. Akan tetapi terkadang pemberi semangat berlebihan dalam memotivasi dan mengompor-ngompori, bahkan sampai tahap menyindir dan setengah mengancam dengan julukan penakut, tidak semangat, diragukan kejantannanya dan lain-lain. Maka hal ini perlu dilakukan secara bijaksana dan menimbang kondisi serta keadaan.

Dua tema yang laris-manis di dunia nyata dan dunia maya
Dua tema ini selalu menjadi tema yang hangat dibicarakan, selalu ramai dikomentari, suasana pengajian yang sebelumnya suntuk menjadi heboh dan bingar ketika diselipkan materi ini. Jika ada meteri kajian dengan tema tauhid, tema akhlak atau tema aqidah bisa jadi yang datang biasa-biasa saja jumlahnya, akan tetapi jika materinya nikah maka jumlah peserta bisa jadi membludak, masjid tempat kajian penuh.

Sama juga halnya dengan tema poligami, maka selalu hangat dibicarakan oleh laki-laki, saling memotivasi, saling memberikan dukungan, memanasi-manasi dan mengompori temannya yang sudah layak atau yang belum layak, padahal bisa jadi iapun belum melaksanakannya. Bahkan kesannya poligami adalah adu kejantanan, jika ada yang jarang membahas atau tidak tertarik untuk poligami maka kajantanannya dipertanyakan. Dan tentunya bagi wanita materi ini, materi yang secara tabiat membuat dada sesak.

Begitu juga di dunia maya, jika ada status dan tulisan mengenai tauhid, akhlak atau aqidah maka yang memberi komentar hanya segelintir orang, tetapi jika materinya menikah dan poligami maka bisa jadi komentar penuh dan berbagai macam reaksi keluar.

Hal ini wajar karena memang inilah tabiat manusia karena karena tabiatnya laki-laki menyukai wanita ini adalah ketetapan dari Rabb Semesta Alam. Allah Ta’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada segala apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).” (Ali Imran: 14)

Dan wanita juga sama dengan laki-laki, mereka juga suka dengan laki-laki, memiliki syahwat dan butuh pendamping. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إنما النساء شقائق الرجال
“Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.”

Mengenai tema poligami, tentu laki-laki sangat senang karena mereka bisa menikmati kenikmatan halal yang paling nikmat yaitu wanita sebagai istrinya yang sah dengan kenikmatan yang berbilang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
Diberi rasa cinta padaku dari dunia yaitu wanita dan wangi-wangian dan dijadikan penyejuk mataku dalam shalat.”


Dianjurkan mengompor-ngompori kebaikan tetapi lihat keadaan juga
Kita dianjuran untuk saling memotivasi, saling menasehati dan saling memberi semangat dalam kebaikan. Apalagi anjurannya adalah segera menikah. Karena inilah inti kehidupan. Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِْ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍْ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1-3)
Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. (Al-Baqarah: 148)

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (Al-Imran:133)

Akan tetapi kita juga perlu melihat keadaan orang yang kita beri motivasi dan beri semangat. Tidak semua keadaan orang sama dan belum tentu orang tersebut sedang membutuhkan motivasi. Sebagaimana perkataan orang Arab,
لكل مقام مقال
“Setiap keadaan disesuaikan dengan perkataan (yang tepat)”

Yang perlu diperhatikan ketika ngompor-ngompori menikah (menikah muda)
-Tidak semua orang mempunyai mental siap menikah muda
Kami melihat sendiri beberapa kasus, menikah di saat masih kuliah, kita tentunya berharap hidupnya lebih baik, akan tetapi ia akhirnya harus pinjam uang sana-sini karena tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga dan orang tuanya juga tidak bisa membantu membiayai.
Kasus yang lain juga sama, menikah di saat kuliah, sempat bersitegang dengan orang tua, ngotot ingin menikah akan tetapi ternyata ia belum mempunyai mental untuk menghadapi berbagai tantangan berumah tangga termasuk beban harus menyelesaikan studi. Akhirnya karena stres menjauh dari ikhwan-ikhwan dan menjauhi majelis ilmu, bisa jadi karena malu dan hilang dari peredaran dakwah.
Seorang yang mungkin masih kuliah semester awal, belum ada pekerjaan dan tipe orang yang tidak bisa memanajemen waktu dengan baik apalagi masih belum stabil emosi dan mentalnya. Maka kurang tepat jika dikompor-kompori segera menikah. Dikompor-kompori akan segera kaya dengan menikah. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman.
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan (memberikan kekayaan) mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An-Nuur: 32)

Tidak tepat juga jika seorang wanita yang dilamar oleh seseorang, kemudian ia menolaknya dengan alasan yang syar’i kemudian wanita tersebut ditakut-takuti dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ، وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhai akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas.”


-Mungkin orang juga punya kepentingan lain selain menikah yang harus ditunaikan
Setiap orang mempunyai target dan tujuan hidup dan masing-masing mempuyai kepentingan serta amanat yang harus ditunaikan dahulu sebelum yang lain. Termasuk menikah, ada yang harus segera menikah karena memang tuntutan zaman yang penuh fitnah dan ada juga yang tidak terburu-buru menikah karena masih ada kepentingan lainnya dan ia sementara belum wajib hukumnya menikah. Ada yang harus menyelesaikan amanah dari orang tua dahulu untuk menyelesaikan studi ada juga yang harus berbakti dahulu kepada orang tuanya dan ada juga yang fokus bekerja dahulu karena membantu ekonomi orang tua dengan banyak anak yang masih kecil-kecil.
Demikianlah Islam mengajarkan agar kita mempunyai arah dan target hidup serta merencanakan masa depan kita. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” (AL-Hasyr: 18)

Yang perlu diperhatikan ketika ngompor-ngompori poligami
-jangan memberikan gambaran yang enak-enak semua saja tentang poligami
Tetapi beritahu juga tanggung jawab dan penunaian keadilan yang memang perlu perjuangan dan keseriusan. Poligami adalah tanggung jawabnya besar dan butuh kematangan serta pertimbangan mashalahat dan mafsadat. Oleh karena itu ada ungkapan,
“sebelum wanita berpikir keras dipoligami, maka laki-laki yang bertanggung jawab telah berpikir keras 1000 kali sebelum berpoligami”
Hendaknya juga memperhatikan peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai orang yang berpoligami dan cenderung kepada salah satu istrinya (biasanya istri muda).Dan jangan motivasi yang sunnah saja (ada juga yang berpendapat hukum asal poligami adalah mubah) tetapi yang wajib juga (yaitu adil dan mampu).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ
“Barangsiapa yang memiliki dua istri kemudian ia condong kepada salah satunya maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tubuhnya miring”.
Dan hendaknya memperhatikan bahwa istri adalah amanah yang halal dengan kalimat Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَاتَّقُوا اللَّهَ فِى النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ
“Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita,  karena kalian sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah.”

-poligami juga butuh persiapan harta
Tidak dipungkiri bahwa untuk menikah lagi butuh harta dan ini butuh pertimbangan yang matang, jangan sampai ekonomi dengan istri pertama masih kembang kempis, kemudian dikompor-kompori supaya menikah lagi, dengan alasan,“para sahabat saja miskin-miskin menikah lagi”Maka jika tawakkalnya seperti sahabat maka silahkan dan para sahabat juga memiliki beberapa tujuan menikah lagi seperti menikahi istri sahabatnya  (janda) yang meninggal karena perang dan lain-lain.Dan harta Allah sebut sebagai salah satu penegak pokok kehidupan (qiyaam) jadi harus diperhatikan dalam rumah tangga apalagi yang akan berpoligami.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.”

-Jangan membandingkan dengan mereka yang baru-baru poligami
Jika ingin membandingkan untuk mengompor-ngompori, maka jangan dengan mereka yang baru-baru berpoligami (misalnya baru beberapa minggu) tentu jawaban mereka,“enaknya 1 % saja, 99 % wuenaak sekali”“nikmat tenan, diperhatikan ama diurus dua istri, kalo punya satu istri, dia akan bertengkar denganmu, kalo punya dua istri maka mereka akan bertengkar memperebutkanmu”Jika ingin membandingkan, maka bandingkan dengan mereka yang sudah berpuluh-puluh tahun poligami. Bagaimana ia harus membagi waktu, menghadapi cemburu para istri, mempersiapkan mental istri pertama dan mengurus anak-anak.

-Yang belum poligami juga punya pertimbangan dan kepentingan yang lain
Belum tentu yang belum poligami takut sama istrinya atau kurang jantan, penakut dan sebagainya. Beberapa orang punya target dan tujuan tertentu. Seperti ustadz yang lebih sibuk berdakwah, seseroang yang harus berbakti kepada ibunya dahulu atau harus memperbaiki ekonomi keluarga dahulu. Sebagaimana dengan menikah (muda) butuh berbagai pertimbangan.

Semua perlu petimbangan yang matang dan musyawarah
Walhasil, semuanya butuh kebijaksanaan dan menempatkan sesuai dengan keadaaanya. Perlu pertimbangan dan musyawarah dengan pihak-pihak tertentu.
Allah berfirman,
وَ شَاوِرْهُمْ في الأَمْرِ
“Maka bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (Ali Imran: 159)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَأَمْرُهُمْ شُوْرَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ
“Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah dan mereka menafkahkan sebagian yang kami rizkikan kepada mereka.” (Asy-Syura: 38)

Jika ingin menikah maka libatkanlah orang tua dan minta saran mereka begitu juga dengan poligami, meskipun syariat tidak mempersyaratkan ada izin dan istri harus tahu, akan tetapi syariat mengajarkan musyawarah dan menimbang mashlahat dan mafsadah. Maka istri juga harus dilibatkan ketika berpoligami dan meminta pendapat orang-orang terdekat apakah ia layak berpoligami dari sudut pandang mereka.

Wednesday, June 12, 2013

Hari Tidak Diperbolehkan Berpuasa Sunnah

Menurut hukum Islam, ada beberapa hari yang tertentu, yang dilarang mengerjakan puasa padanya, seperti berikut:
Puasa Pada Kedua-dua Hari Raya
Alim ulama' rahimahumullah., telah ijma' (sekata) tentang haramnya berpuasa pada kedua-dua hari raya iaitu hari raya "Aidilfitri" dan hari raya "Aidiladha" - sama ada puasa wajib atau puasa sunat.
Dalilnya ialah hadith yang berikut: 
35- عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ قَالَ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ هَذَانِ يَوْمَانِ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامِهِمَا يَوْمُ فِطْرِكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ وَالْيَوْمُ الْآخَرُ تَأْكُلُونَ فِيهِ مِنْ نُسُكِكُمْ. (رواه البخاري)

35- Dari Abu `Ubayd, katanya: Aku telah hadir merayakan hari raya bersama-sama dengan Saiyidina `Umar bin al-Khattab r.a., lalu ia berkata:  "Hari raya ini dan hari raya yang satu lagi, Rasulullah s.a.w. telah melarang berpuasa padanya, iaitu hari raya Aidilfitri setelah kamu sempurnakan puasa kamu dan hari raya Aidiladha untuk kamu makan dari daging korban kamu."(1)
(Hadith Sahih - Riwayat Bukhari)
_____________________________________________________________________________
1. Fath al-Bari (5:142).


Ditegaskan lagi dalam sebuah hadith yang antara lain seperti berikut:
 
36- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ النَّحْرِ. (رواه مسلم)

36- " .. Bahawa Rasulullah s.a.w. telah melarang berpuasa pada dua hari, iaitu: "Hari raya Aidilfitri dan hari raya Aidiladha."(1)
(Hadith Sahih - Riwayat Muslim)
Dalam sebuah hadith sahih yang lain, diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, rahimahumallah., dari Ibn `Umar r.a., bahawa seorang lelaki telah datang bertanya kepada Ibn `Umar, katanya:
"Saya telah bernazar untuk berpuasa sehari, kebetulan hari itu jatuhnya pada hari raya puasa atau pada hari raya haji,  (bagaimana hukumnya)?"
Ibu `Umar menjawab: 
أَمَرَ اللهُ بِوَفَاءِ النَّذَرِ وَنَهَي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ هَذَا الْيَوْمِ.
"Allah Taala telah perintahkan supaya (orang yang bernazar) menyempurnakan nazarnya dan Rasulullah s.a.w. pula telah melarang (umatnya) daripada berpuasa pada hari yang tersebut."(2)
_____________________________________________________________________________
1. Ittihaf Ahl al-Islam (250).
2. Kitab yang sama (251).




Puasa Pada Hari-hari Tasyriq
Hari-hari tasyriq (أيام التشريق) ialah tiga hari yang mengiringi hari raya haji iaitu hari yang kesebelas, kedua belas dan ketiga belas.
Dalam masa inilah orang-orang yang mengerjakan ibadat haji - berhimpun di "Mina".
Larangan berpuasa pada ketiga-tiga hari yang tersebut ada diterangkan dalam hadith yang berikut:

37- عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُنَادِيَ أَيَّامَ مِنًى إِنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ فَلَا صَوْمَ فِيهَا يَعْنِي أَيَّامَ التَّشْرِيقِ. (رواه الإمام أحمد)

37- Dari Sa'ad bin Abi Waqas r.a., katanya: "Aku telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. supaya menyeru semasa (orang ramai sedang berhimpun) di "Mina" bahawa masa yang tersebut ialah khusus (untuk kamu) menikmati makan minum (dengan gembira) dan tidak di tuntut berpuasa padanya, yakni hari-hari tasyriq yang termaklum."(1)
(Hadith Sahih Riwayat Imam Ahmad)
_____________________________________________________________________________
1. Nail al-Autar (4:277).

Diterangkan lagi dalam hadith yang berikut:


38- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ حُذَافَةَ يَطُوفُ فِي مِنًى أَنْ لَا تَصُومُوا هَذِهِ الْأَيَّامَ فَإِنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. (رواه الإمام أحمد)

38- Dari Abu Hurairah r.a., bahawa Rasulullah s.a.w. telah mengutuskan Abdullah bin Huzafah menyeru di merata-rata tempat, di "Mina", katanya: "Janganlah kamu berpuasa pada (ketiga-tiga) hari tasyriq ini, kerana ditentukan untuk kamu menikmati makan minum (dengan gembira) dan untuk kamu mengingati Allah Azza wa Jalla (dengan takbir dan tahmid)".(1)
(Hadith Sahih - Riwayat Imam Ahmad)
Larangan yang tersebut adalah larangan haram.
_____________________________________________________________________________
1. Al-Fath al-Rabbani (10:144), hadith ini 'sanad'nya jayyid (elok).



Puasa "Hari Syak":
Hari "syak" juga dilarang berpuasa padanya. Ini diterangkan dalam hadith yang berikut:


39- عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَنْ صَامَ الْيَوْمَ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (رواه أبو داود والترمذي)

39- Dari `Amar bin Yasir r.a., katanya: "Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan maka sesungguhnya ia telah menderhaka kepada (Rasul Allah) Aba al-Qasim s.a.w."(1)
(Hadith Hasan Sahih - Riwayat  Abu Daud dan Tirmizi)

"Hari syak" atau "hari yang diragukan" yang tersebut ialah hari yang ketiga puluh dan bulan Sya'ban yang tidak diketahui dengan jelas sama ada ia dan bulan Ramadhan atau dari bulan Sya'ban, kerana rukyah mengenainya (yang diperkatakan orang pada 29 Sya'ban) tidak sabit atau saksi yang melihatnya tidak diterima pengakuannya oleh pihak yang berkuasa disebabkan fasiknya dan sebagainya. Larangan yang tersebut haram hukumnya dan tidak sah puasanya.(2) Dalam pada itu ada pengecualian, iaitu kalau seorang pada hari itu mengerjakan puasa qadha atau puasa nazar,  maka yang demikian tidak dilarang.

Demikian juga kalau ia biasa mengerjakan puasa sunat yang tertentu seperti "puasa hari Isnin" dan kebetulan jatuhnya pada "hari syak" yang tersebut maka itu tidak dilarang. Yang dilarang ialah mengerjakan puasa yang tidak bersebab atau "Hari syak" itu diniatkan dari bulan Ramadhan. 
_____________________________________________________________________________
1. Riyad al-Salihin (447) dan `Ibanat al-Ahkam (1:368) "Aba al-Qasim" (Bapa kepada al-Qasim) yang tersebut dalam hadith ini ialah gelaran Rasulullah s.a.w., kerana salah seorang dari putera-putera Baginda bernama "al-Qasim".
2. Sabil Al-Muhtadin (2:142).




Puasa hari Jumaat
Dilarang juga berpuasa (puasa sunat) pada hari Jumaat jika tidak disertakan dengan berpuasa sehari sebelumnya iaitu hari Khamis atau sehari selepasnya, iaitu hari Sabtu.
Ini diterangkan dalam hadith yang berikut:

40- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَوْمُ عِيدٍ فَلَا تَجْعَلُوا يَوْمَ عِيدِكُمْ يَوْمَ صِيَامِكُمْ إِلَّا أَنْ تَصُومُوا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ. (رواه الإمام أحمد)

40- Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebenarnya hari Jumaat ialah hari raya (mingguan), maka janganlah kamu jadikan hari raya kamu itu hari puasa kamu, kecuali kalau kamu berpuasa sehari sebelumnya atau sehari selepasnya."(1)
(Riwayat Imam Ahmad)
Larangan yang tersebut ialah larangan makruh. 
Di dalam hadith ini diterangkan dengan jelas sebab larangan itu:
Bahawa hari Jumaat ialah hari raya mingguan dan lazimnya tidak dituntut berpuasa pada hari yang dimuliakan sebagai hari raya.
_____________________________________________________________________________
1. Al-Fath al-Rabbani (10:148). Hadith ini disahihkan oleh al-Hakim. 


Puasa hari Sabtu
Makruh juga hukumnya berpuasa (puasa sunat) pada hari Sabtu jika tidak disertakan dengan berpuasa pada hari Ahad.
Ini berdasarkan hadith yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan lain-lainnya, maksudnya: "Janganlah kamu berpuasa pada hari Sabtu, kecuali puasa yang diwajibkan atas kamu .." (1)
Yakni kecuali puasa qadha dan puasa nazar.  (Demikian juga halnya puasa sunat yang biasa dilakukan dan secara kebetulan jatuhnya pada hari Sabtu, maka ia juga dikecualikan dan larangan itu).(2)
_____________________________________________________________________________
1. Fiqh al-Sunnah (1:446), hadith ini Hadith Hasan, menurut Imam Tirmizi.
2. Kitab yang sama (1:446).


Hukum Isteri Mengerjakan Puasa Sunat Dengan Ketiadaan Izin Suami
Ini diterangkan dalam hadith yang berikut:


41- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ. (رواه البخاري ومسلم)

41- Dari Abu Hurairah r.a., bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak halal bagi seseorang perempuan mengerjakan puasa sunat sedang suaminya ada bersama melainkan dengan izinnya".(1)
(Hadith Sahih - Riwayat Bukhari dan Muslim)

Hadith ini menjadi dalil bahawa haram atas isteri mengerjakan puasa sunat melainkan dengan izin suaminya, kecuali kalau suaminya tidak ada bersama - kerana pergi keluar negeri maka ia boleh mengerjakan puasa sunat dan tidak memerlukan izin suaminya.
Jelasnya hak suami adalah satu perkara yang wajib dan tidak boleh dicuaikan kerana melakukan suatu yang sunat. 
_____________________________________________________________________________
1. Al-Fath al-Rabbani (10:66). Hadith ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan lain-lainnya.


Hak Isteri Terhadap Suaminya
Suami pula bertanggungjawab menyempurnakan hak isterinya dan dilarang mengerjakan puasa sunat yang berlebihan yang akan menyebabkan dia mencuaikan hak isterinya.
Masalah ini diterangkan dalam sebuah Hadith Sahih riwayat Bukhari bahawa Rasulullah s.a.w. mendapat tahu perihal seorang sahabat Baginda iaitu Abdullah bin `Amru r.a., mengerjakan "puasa sunat" pada tiap-tiap hari sepanjang masa dan ia pula berjaga malam mengerjakan "sembahyang sunat".
Setelah Baginda bertanya, Abdullah mengaku,  lalu Baginda melarangnya berbuat demikian dan menegaskan lagi, sabdanya:

42- صُمْ وَأَفْطِرْ وَقُمْ وَنَمْ فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا. (رواه البخاري)

42- "Berpuasalah engkau (pada hari-hari yang tertentu) dan berbukalah (pada hari-hari yang lain), demikian juga kerjakanlah sembahyang sunat (pada sebahagian malam) dan tidurlah (pada sebahagian lagi), kerana sesungguhnya tubuhmu ada haknya yang wajib engkau tunaikan, matamu ada hak yang wajib engkau tunaikan, isterimu ada haknya yang wajib engkau tunaikan dan tetamumu juga ada haknya yang wajib engkau tunaikan .."(1)

(Hadith Sahih - Riwayat Bukhari)
Dalam hadith ini Baginda mengingatkan umatnya supaya sentiasa menggunakan cara yang sederhana dalam segala hal dan dalam masa kita mengerjakan amalan yang sunat,  jangan pula kita melupakan perkara yang wajib. 
_____________________________________________________________________________
1. Riwayat Bukhari dari Abdullah bin `Amru r.a., Fath al-Bari (5:121).