Monday, September 10, 2012

Twitter bagi Pemula

Twitter, Twitter, Twitter! Kemanapun Anda pergi, Anda akan melihat kata Twitter di blog atau website orang. Hampir semua orang sekarang menggunakan media sosial Twitter untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan, atau sharing berbagai macam berita yang beredar. Twitter telah ada keraguan mengambil dunia maya oleh badai! Jadi, jika Anda belum melompat pada kereta musik ini kegugupan, tidak pernah terlambat untuk melompat sekarang! Seperti mungkin ini mungkin sesuatu yang baru untuk Anda dan juga mengapa akhirnya Anda membaca artikel saya sekarang:) mari kita beberapa menit dan melihat apa yang pemula kericau dapat lakukan di / nya hari pertama dengan Twitter!

Untuk berbagi link, mempersingkat URL

Alright, beberapa halaman web mungkin memiliki URL panjang dan Anda akan bertanya-tanya, bagaimana di Bumi yang dapat Aku meremas url pada sistem micro-blogging yang hanya memungkinkan 140 karakter?! Resah lagi. Ada banyak tool gratis untuk mengecilkan atau mempersingkat URL sehingga Anda dapat menciak itu dalam karakter terbatas diperbolehkan. Yang populer adalah bit.ly, is.gd, tiny.cc, ow.ly

Untuk membalas, gunakan tanda @

Jadi, jika Anda ingin membuat balasan kepada seseorang pada kegugupan atau mengirim pesan ke orang yang terbuka dan Anda tidak keberatan orang lain mengetahui apa yang Anda tulis baginya, ingat untuk menempatkan @ di depan nama pengguna Twitter orang tersebut. Misalnya @ username, bertemu dengan Anda malam ini!

Untuk pesan langsung, gunakan DM

Jika Anda ingin mengirim pesan pribadi ke pengguna Twitter, Anda dapat menemukan fungsi ini DM di control panel Anda bercicit. Namun, jangan harap diingat bahwa Anda hanya dapat langsung pesan berkicau pengguna yang mengikuti Anda saja.


Untuk retweet, menempatkan RT

Kadang-kadang Anda menemukan bahwa tweets tertentu oleh pengguna lain yang layak berbagi. Jadi, Anda berniat untuk berbagi dengan daftar pengikut. Cara terbaik adalah jika Anda dapat retweet tweets asli dan memberikan kredit kembali ke user asli. Hanya memasukkan username @ RT sebelum Anda posting sendiri.

Untuk berbagi foto, gunakan TwitPic

Web 2.0 adalah semua tentang berbagi. Oleh karena itu, jika Anda ingin berbagi foto melalui Twitter, Anda dapat memilih untuk menggunakan TwitPic, layanan berbagi foto yang paling populer di kegugupan. Pergi ke twitpic.com dan sign in dengan username dan password Twitter Anda. Ada layanan berbagi gambar lainnya Twitter juga. Mereka yang menonjol adalah TweetPhoto (tweetphoto.com), Twitgoo (twitgoo.com) dan Picktor (picktor.com).

Untuk mengkategorikan tweets Anda, gunakan # hashtag

Bila Anda ingin membuat kelompok atau kata kunci khusus, Anda dapat menggunakan #. Misalnya, # Obama akan membuat grup yang secara khusus menyebutkan Obama. Oleh karena itu, bila Anda menjalankan pencarian di kegugupan tentang Obama, dengan mudah dapat melacak semua percakapan atau tweets pada topik yang.

Saya harap artikel mengelola untuk membantu anda semua mendapatkan sekilas tentang cara menggunakan Twitter.

Sabar Menurut Alquran dan Hadits

“Dalam diri kita terkadang begitu sulit untuk bersabar untuk suatu hal, entah itu terkena musibah atau sedang di uji oleh-Nya, banyak sekali Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah S.A.W yang menjelaskan tentang sabar, berikut ada sedikit urain tentang makna sabar, semoga artikel ini dapat menambah kesabaran kita dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin…”

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)

Sekilas Tentang Hadits
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.

Makna Hadits Secara Umum
Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.

Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.

Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.

Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.

Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian “nrimo”, ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.

Makna Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “Shobaro”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran”. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.

Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur’an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur’an menjadi beberapa macam;

1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.

2. Larangan isti’ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…”

3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: “…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”

4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”

5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; “Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.”

6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur’an (13: 23 – 24); “(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bima shabartum” (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”

Inilah diantara gambaran Al-Qur’an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.

Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana dalam al-Qur’an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;

1. Kesabaran merupakan “dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, “…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim)

2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari)

3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)

4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu’min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR. Muslim)

5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya.” (HR. Bukhari)

6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas’ud berkata”Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari)

7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari)

8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)

9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)

Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.

Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya’.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.

2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan “menyenangkan”. Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang “menyenangkan”.

3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.

Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :

1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)

2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.

3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)

4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).

5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)

6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).

Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.

2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur’an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.

3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.

4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.

5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti’jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat “amalan” seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)

6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.

7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.

Penutup
Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu’min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.

Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.
Sumber: www.eramuslim.com

Tentang Aku dan Kamu

Ketika pertama aku mengenalmu, yang aku tau kau masih sendiri dalam satu. Waktu itu waktu terus berputar seiring hari dan bulatnya perasaanku padamu. Selang kepercayaanku telah tumbuh kau mulai menerangkan keberadaanmu dan aku memahami betapa kau sudah mencoba untuk jujur tentang buah hatimu.

Kau mengatakan kau cacat dan hina, sebelum kau menuturkan apa yang kaukatakan aku mulai bertanya tentang apa yang menjadi pandangmu bahwa dirimu hina. Kemudian kau menerangkan satu asbab dimana kau telah mempunyai buah hati sungguh itu bukan kehinan ketika kau mempunyai buah hati itu adalah kemuliaan amanah yang telah dititipkan padamu.

Hatiku tak pernah sangsi dan patah ketika aku mendengar tuturkatamu tentang sebuah nama jelita anak manja. Aku berfikir mungkin Allah telah menunjukkan ujian karena lisanku. Aku pernah berucap tidaklah setatus dia gadis atau janda yang menjadi ukuran aku menentukan seorang wanita yg akan menjadi pendamping hidupku dalam menghamba kepadaNya. Karenanya aku tetap tenang dan percaya kepadaNya, dan mengangankan aku betapa bahagianya ketika aku juga turut menjaga amanah dariNya.

Walau dia bukan darahku tapi dia belahan jiwa darimu, kesempurnaan sempat terukir dibenakku ketika aku bercerita kepada kakakku sungguh dia tidak melarangku. Kemudian aku beranikan diri untuk meminta restu kedua orang tuaku, karena keridhoaan mereka adalah jalan pembuka surga.

Disinilah aku menemukan benturan betapa mereka tak mampu menerima adamu, yang menjadi aku tak bisa melihat wanita yang aku cinta tersiksa ketika mereka mengatakan. Mana mungkin aku menimang cucu yang bukan dari darah dagingmu, sungguh aku terpukul. Tapi itulah pandangan aku tetap mencoba untuk sabar dan mencoba untuk menerangkan sungguhpun aku takut menyakiti hatimu.

Selang waktu berjalan aku mulai berfikir tidak indah dan sempurna ketika aku harus membiarkan kau terluka akan karena hati yang baja. Karenanya aku ambil keputusan berpisah dan membuat batasan dikalbu.

Walaupun aku tau ini berat dan mungkin kau akan menangis tapi sungguh biarlah aku yang menanggung setiap butiran air matamu, kau tidak akan tau ketika setiap titikan air matamu adalah cambuk bagiku dan kau telah mengeringkan air mataku. Setiap kebencianmu adalah bembuka jurang yang akan menjerumuskanku dan menguburku dalam patah karena salahku.

Kau akan tetap menjadi wanita yang mulia dan tidak akan pernah menjadi hina karena statusmu, allah bersamamu dan aku hanya batu yang menjadi sandunganmu untuk lebih mengenal dan dekat padaNya. Setiap kehadiran yang akan dituliskan dariNya adalah kebenaran dan lambat laun akan menghapus puing yang telah pecah dan menutup sejengkal hatimu.

Harapku untukmu, Biarlah nanti kau akan menjadi sebuah bunga yang mewangi dan indah disurga. Dan ketika itu aku ingin kembali menjadi yang pertama memetikmu dengan keridhoaan orang tuaku. Jika kini kau bukan pilihan, maka aku ingin kelak kau menjadi pilihan yang terpilih oleh keridhoan orang tuaku.

Ujian Allah

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (TQS al-Ankabut [29]: 2-3).

Banyak orang merasa cukup ketika menyatakan diri sebagai Mukmin. Seolah pengakuan iman tidak mengandung konsekuensi bagi pelakunya. Padahal, pengakuan iman itu masih harus dibuktikan dalam bentuk sikap dan tindakan ketika menghadapi ujian dan cobaan. Ayat di atas memberitakan keniscayaan adanya ujian bagi pengakuan iman setiap orang untuk membuktikan kebenarannya.

Harus Diuji

Allah SWT berfirman: Aha-siba al-nâs an yutrakû an yaqûlû âmannâ wahum lâ yuftanûn (apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan [saja] mengatakan: "Kami telah beriman" sedang mereka tidak diuji lagi?). Ada beberapa riwayat mengenai sabab al-nuzûl ayat ini. Meskipun demikian, ayat ini tidak hanya berlaku untuk mereka. Sebab, kata al-nâs memberikan makna umum yang berarti meliputi seluruh manusia.

Kata hasiba dalam ayat ini bermakna zhanna (menduga, mengira). Sedangkan huruf hamzah di depannya merupakan istifhâm (kata tanya). Ibnu Katsir dan Sihabuddin al-Alusi menyimpulkan bahwa istifhâm dalam ayat ini bermakna inkâri (pengingkaran). Bisa juga, sebagaimana dinyatakan al-Syaukani, bermakna li al-taqrî' wa al-tawbîkh (celaan dan teguran). Artinya, mereka tidak dibiarkan begitu saja mengatakan telah beriman tanpa diuji dan dicoba seperti yang mereka kira. Mereka benar-benar akan diuji untuk membuktikan kebenaran pengakuan iman mereka.

Kata yuftanûn berasal dari kata al-fitnah. Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para mufassir mengenai kata tersebut. Mujahid, sebagaimana dikutip Ibnu Jarir, memaknainya lâ yuftanûn sebagai lâ yubtalûn (mereka diuji). Menurut al-Nasafi, pengertian al-fitnah di sini adalah al-imtihân (ujian) yang berupa taklif-taklif hukum yang berat, seperti kewajiban mening-galkan tanah air dan berjihad melawan musuh; melaksanakan seluruh ketaatan dan meninggalkan syahwat; ditimpa kemis-kinan, paceklik, dan berbagai musibah yang melibatkan jiwa dan harta; dan bersabar meng-hadapi kaum kafir dengan berbagai makar mereka.

Jika dikaitkan dengan nash lainnya, ujian yang diberikan Allah SWT itu tidak selalu dalam bentuk yang berat dan dibenci. Ada juga ujian yang menyenang-kan sebagiamana dalam firman-Nya: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) (TQS al-Anbiya' [21]: 35).

Semua ujian itu berfungsi untuk membuktikan kebenaran iman seseorang. Dijelaskan Ibnu Katsir bahwa ujian yang diberikan itu sesuai dengan kadar keimanan pelakunya. Nabi SAW bersabda: Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian berikutnya dan berikutnya. Seseorang dicoba sesuai dengan (kadar) agamanya. Ketika dia tetap tegar, maka ditingkatkan cobaannya (HR al-Tirmidzi).

Menurut Ibnu Katsir ayat ini sejalan dengan beberapa ayat lainnya, seperti firman Allah SWT: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (TQS Ali Imran [3]: 142). Juga QS al-Baqarah [2]: 214.


Terbukti Iman atau Dusta

Setelah menegaskan adanya cobaan untuk menguji keimanan manusia, Allah SWT berfirman: walaqad fatannâ al-ladzîna min qablihim (dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka). Ayat ini memberitakan bahwa ujian keimanan itu tidak hanya diberikan kepada kalian, namun juga umat-umat terdahulu. Oleh karena itu, ujian keimanan merupakan sunnatul-Lâh yang berlaku di setiap masa.

Dengan ujian dan cobaan itulah dapat diketahui pengakuan yang benar dan yang dusta. Allah SWT berfirman: falaya'lamannal-Lâh al-ladzîna shadaqû (maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar). Sebagai Dzat Yang Maha Mengetahui, Allah SWT telah mengetahui semua peristiwa, baik sebelum, sedang, maupun sudah terjadi. Oleh karena itu, al-'ilmu di sini dimaknai al-ru'yah. Hal ini sebagaimana makna lina'lama (agar Kami Mengetahui) dalam QS al-Baqarah [2]: 143) yang bermakna linarâ (agar Kami melihat). Menurut Ibnu Katsir, al-ru'yah (penglihatan) berkaitan dengan sesuatu yang ada. Sedangkan al-'ilm (pengetahuan) lebih dari itu, bisa menyangkut perkara yang ada maupun yang tidak ada.

Dalam Alquran cukup banyak diberitakan tentang orang-orang yang mampu membuktikan kebenaran imanan mereka sekalipun mendapatkan ujian yang besar. Dalam QS al-Shaffat [37]: 101-108, misalnya, dikisahkan ketegaran Ibrahim dan putranya dalam menghadapi al-balâ' al-mubîn (ujian yang nyata), berupa perintah menyembelih putranya. Perintah tersebut tentu merupakan ujian yang besar. Bagi Ibrahim, Ismail adalah perhiasan dunia yang paling dicintainya. Sementara bagi Ismail, nyawanya adalah harta paling berharga yang dia miliki. Namun mereka bersabar dengan perintah tersebut. Setelah terbukti ketaatan mereka, Allah SWT pun membatalkan perintah-Nya dan menebusnya dengan sembelihan yang besar.

Pembuktian keimanan juga berhasil ditunjukkan para ahli sihir yang bertanding dengan Musa as. Setelah melihat mukjizat Nabi Musa as, mereka segera bersujud dan menyatakan beriman. Fir'aun pun mengancam mereka akan memotong tangan dan kaki mereka secara silang dan menyalib mereka. Namun mereka tidak gentar dan tidak berpaling menjadi kafir kembali meskipun mendapatkan ancaman yang keras (lihat QS al-A'raf [7]: 115-126).

Dalam QS al-Hasyr [59]: 8-9 juga diberitakan mengenai kebenaran iman kaum Muhajirin dan Anshar. Kaum Muhajirin tetap tegar mencari karunia Allah dan ridha-Nya; menolong agama Allah dan rasul-Nya sekalipun mereka diusir dari kampung halaman dan harta mereka. Mereka pun disebut sebagai al-shâdiqûn (orang-orang yang benar). Demikian pula kaum Anshar yang dengan senang hati menerima kehadiran kaum Muhajirin. Bahkan lebih meng-utamakan dari saudaranya atas diri mereka.

Allah SWT berfirman: wala-ya'lamanna al-kâdzibîn (dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta). De-ngan ujian tersebut, akan terlihat pula orang-orang yang dusta pengakuannya. Pengakuan iman mereka hanya terbatas di mulut saja, tidak melebihi kerongkongan. Dalam Alquran juga banyak dikisahkan tentang kaum yang gagal membuktikan kebe-naran iman mereka.

Dalam QS al-Baqarah [2]: 246 diceritakan mengenai Bani Israil yang meminta agar diangkat seorang pemimpin untuk mereka. Mereka juga menegaskan tidak akan keberatan jika diperintahkan untuk berperang di jalan-Nya. Akan tetapi, ketika diangkat pemimpin dan perang benar-benar diwajibkan, sebagian besar mereka berpaling.

Demikian pula kaum Munafik di Madinah. Ketika Madinah dikepung pasukan kaum Musyrikin, mereka mengatakan bahwa Allah SWT dan rasul-Nya hanya menjanjikan tipu daya (lihat QS al-Ahzab [33]: 12). Tak hanya itu, mereka bahkan memprovokasi penduduk Yatsrib untuk pulang dari medan pe-rang. Padahal sebelumnya mereka tekah berjanji kepada Allah untuk tidak mundur dari peperangan (lihat QS al-Ahzab [33]: 13, 15). Sikap mereka itu menjadi bukti nyata bahwa keimanan mereka dusta. Allah SWT pun berfirman: Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat (TQS al-Ahzab [33]: 14).

Demikianlah. Keimanan yang benar pasti akan melahirkan ketaatan terhadap syariah-Nya. Oleh karena itu, keterikatan dan ketaatan terhadap syariah bisa dijadikan sebagai tolok keimanan seseorang. Ketika seseorang senantiasa terikat dan taat terhadap syariah, sesulit dan seberat apa pun, keimanannya telah terbukti benar. Sebaliknya, ketika tidak mau taat, apalagi menolak, tentulah keimanannya patut diragukan. Semoga kita termasuk orang yang benar. Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb.

Friday, September 7, 2012

Rasa Yang Hilang

Kini kuterpenjara dalam hatiku, remuk redam semua jiwaku. Aku hancur dipersimpangan beranjakpun aku enggan tersenyumpun tak mampu. Jika ini jalan yg engkau tuliskan dalam hidupku aku berpasrah padamu ya robb. Berilah diantara kami kekuatan meski ini berat untuk kulalui.

Ya robb ampuni kezalimanku karena kelemahanku aku telah membuat insan yang baik terluka dan mungkin berurai air mata. Semoga ini keputusan yang baik sebelum jauh aku menggores luka di lubuk hatinya.

Tuesday, September 4, 2012

GRATIS BACKLINK OTOMATIS

Selamat Datang di Gratis Otomatis Backlinks generator. ini adalah layanan otomatis gratis backlink. 


Backlink otomatis gratis ini menawarkan layanan otomatis  backlink gratis untuk blogger atau pemilik web yang ingin mendapatkan backlink instan untuk blog atau websiteKita tahu betapa pentingnya SEO untuk meningkatkan lalu lintasPageRank, dan alexa rank.

Bagaimana pertukaran backlink otomatis 
bekerja..??


Copy kode html di bawah ini SEBAGAIMANA ADANYA (tidak ada perubahan).
Paste ke sidebarposting header, tunggal atau footer di blog atau website anda, lalu 
Untuk memulai membangun dan menghasilkan backlinkcukup klik tombol banner ini, di mana saja di posting baru Anda atau posting lama, dari blog atau website anda. Maka otomatis link anda akan terpasang di sini.




Anda dapat membangun backlink sebanyak yang Anda inginkan, ada batasan dan pembatasantetapi tidak ada spam.Anda dapat membangun backlink sebanyak yang Anda inginkan, ada batasan dan pembatasantetapi spam tidak ada.



Copy kode html di bawah ini SEBAGAIMANA ADANYA (tidak ada perubahan).
Paste ke sidebarposting header, tunggal atau footer blog atau website anda.