Friday, January 30, 2015

Candi-Candi Peninggalan Hindu-Budha

Candi Budha

1.      Candi Borobudur


Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
2.      Candi Mendut
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.

            Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
3.      Candi Ngawen
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.

CANDI HINDU
1.      Candi Cetho

Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.
2.      Candi Asu
Candi Asu adalah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi Pos, kelurahan Sengi, kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah (kira-kira 10 km di sebelah timur laut dari candi Ngawen). Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya, yaitu candi Pendem dan candi Lumbung (Magelang). Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya.
Disebut Candi Asu karena didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi, wahana dewa Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu ‘anjing’. Disebut Candi Lumbung karena diduga oleh penduduk setempat dahulu tempat menyimpan padi (candi Lumbung yang lain ada di kompleks Taman Wisata candi Prambanan). Ketiga candi tersebut terletak di pinggir Sungai Pabelan, dilereng barat Gunung Merapi, di daerah bertemunya (tempuran) Sungai Pabelan dan Sungai Tlingsing. Ketiganya menghadap ke barat. Candi Asu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap candi tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang. Melihat ketiga candi tersebut dapat diperkirakan bahwa candi-candi itu termasuk bangunan kecil. Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buah prasati batu berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I ( 874 M ) dan Sri Manggala II ( 874 M ).
3.      Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun pada saat pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732 M (654 tahun Saka).
Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50 m terbuat dari jenis batu andesit, dan di sini pada tahun 1879 ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal sekarang ini. Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar yoni, patung lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu betina atau Andini.
SEJARAH HINDU BUDHA DI INDONESIA
Agama yang pertama masuk di Indonesia  adalah hindu dan budha. Sejarah Perkembangan Agama Hindu Budha di Indonesiasangat menarik untuk di pelajari. banyak kebudayaan pada masa tersebut yang sampai sekarang masih ada dan masih sering kita lihat.
Indonesia juga mencapai puncak kejayaan masa-masa tersebut, mulai dari kerajaan sriwijaya, kerajaan majapahit, dan lain-lain. maka jika kita mempelajari kebudayaan hindu-budha mungkin tak cukup 1 tahun. kebudayaan dan sangat menarik, sangat berkesan, dan sangat berbudaya.
Sistem Kepercayaan
Dalam agama Budha terutama dalam system Mahayana menurut system wagniadatu menyebutkan dewa tertinggi adalah Adibudha dan tidak dapat digambarkan karena tidak berbentuk.


Sidharta Gautama
Pendiri agama Budha adalah Sidharta Gautama yaitu seorang anak raja yang mendapat penerangan batin atau enliptenmen. Dia mengantakan bahwa dunia yang kita lihat adalah maya dan manusia adalah tidak berpengetahuan. Kehidupan manusia mengalami sansana atau hidup kembali sebagai manusia atau binatang.







Ganesha
            Ganesha adalah anak Siwa dengan Arwati. Dengan digambarkan berkepala gajah dan bertangan empat, pada dahinya juga terdapat mata ketiga. Dan pada setiap tangannya terdapat benda yang berbeda yaitu :
a) Tangan kanan bawah memegang patahan gadingnya
b) Tangan kanan atas memegang tasbih
c) Tangan kiri atas memegang Kapak
d) Tangan kiri bawah memegang mangkuk yang berisi manisan

Dewa Siwa

Pada halaman tengah terdapat lima ekor kerbau, yaitu empat ekor kerbau kecil, dan satu ekor kerbau besar yang merupakan kendaraan dari dewa Siwa yang kesemuaannya terbuat dari patung.

Cover Makalah Smk Ti GNC

MAKALAH
----------- ------ -----------
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tersturktur yang di bina oleh :
--------- ------- ----------


Disusun Oleh :
-
-
-
-
-
-
-
X-TJA-2
(Teknik Jaringan Akses)
SMK~TI Garuda Nusantara Cimahi
­­­­­­­­Tahun Ajaran 2014/2015

Jalan Sangkuriang No.30 (022)-6650810 Kota Cimahi 40511 NPSN : 20268261 TERAKREDITASI “A” NSS : 322026703019 Web http://smktignc.comEmail: informasi@smktignc.sch.id

Makalah Teks Eksposisi




Bab I
Pendahuluan
Apakah anda pernah mengarang? Pasti anda pernah di beri tugas untuk membuat karangan. Tapi apa anda tahu apa itu karangan? Karangan merupakan karya tulis untuk mengungkapkan suatu gagasan yang di sampaikan melalui bahasa tulis. Salah satu jenisnya adalah karangan teks eksposisi. Kali ini penulis akan memberi tahu tentang bagaimana langkah langkah dan cara menyunting teks eksposisi.
    Latar Belakang
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan  paragraf dalam  penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.(Wikipedia Indonesia)
Eksposisi adalah paparan atau uraian yang bertujuan menjelaskan  sesuatu agar pembaca mendapatkan informasi atau pengetahuan.(Kosasih,2013:39)
Jadi, teks eksposisi adalah teks yang berupa karangan yang berdasarkan fakta yang di tunjukan untuk memberikan informasi kepada pembaca.
   Rumusan Masalah
Apa yang siswa dapat kan dari materi ini? Siswa jadi bisa membuat teks eksposisi dengan kaidah kaidah yang benar, dan juga siswa dapat menggunakan tehnik menyunting untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di dalam sebuah karya karangan bahasa Indonesia, yaitu karangan eksposisi.
Mengapa kita harus tahu bagaimana langkah-langakah membuat dan cara menyunting teks eksposisi? Karena dalam membuat sebuah karangan bahasa Indonesia,salah satunya adalah teks eksposisi dalam membuat teks eksposisi ada langkah langkah yang harus di tempuh karena jika tidak di tempuh maka karangan eksposisi yang di buat akan mengalami kesalahan besar baik dari segi penentuan tema atapun dalam proses pembuatan kerangka penentuan tujuan dan yang lainnya. Lalu kenapa kita harus juga harus mengetahui bagaimana cara menyunting teks karangan eksposisi? Karena dalam sebuah karangan teks eksposisi sering di temukan kesalahan-kesalahan yang walau pun sedikit tapi bisa fatal akibat nya,  jika ada dari kalian yang ingin menjadi seorang penunlis maka tekhnik meyunting ini sangat di butuh kan sekali, itu karena proses penyutingan adalah sebuah tahapan menulis yang menjadi salah satu kunci sukses menjadi penulis ternama.
    Tujuan dan Manfaat
Selama dan setelah proses pembelajaran siswa memiliki perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk memaparkan pendapat mengenai konflik sosial, politik, ekonomi, dan kebijakan publik.
a)     Selama proses pembelajaran siswa mampu mengevaluasi teks eksposisi berdasarkan isi, struktur, kaidah, karakteristik, jenis atau ragam, bentuk, bahasa dalam teks secara lisan atau tulisan.
b)     Setelah mengevaluasi teks eksposisi berdasarkan isi, struktur, kaidah, karakteristik, jenis atau ragam, bentuk, bahasa dalam teks secara lisan atau tulisan siswa diharapkan mampu menyunting sebuah teks yang telah dievaluasinya.
Bab II

A.  Langkah-langkah Membuat Teks Eksposisi

Dalam membuat teks eksposisi kita harus menjalankan beberapa langkah, yaitu :

1.      Menetukan topik yang menarik
Suatu topik di katakan menarik apabila topik itu berkenan dengan hal-hal yang aktual, menyangkut kepentingan pembaca, menyangkut orang-orang terkenal atau peristiwa-peristiwa besar, hal-hal yang langka ataupun unik.

2.      Menentukan tujuan membuat sebuah teks eksposisi
Setelah menentukan topik yang akan di paparkan/jelaskan nanti, harus memiliki tujuan yang nantinya akan memberikan penjelasan dan pemahaman kepada pembaca.

3.      Membuat kerangka karangan
Sebelum pembuatan karangan eksposisi terlebih dahulu membuat kerangkanya secara lengkap dan sistematis.

4.      Mengembangkan Pembahasan
Setelah kerangka karangan tersusun, di kembangkan secara lebih lengkap lagi agar ciri-ciri eksposisi dapat tersalurkan, eksposisi yang bersifat informatif, objektif dan logis. Dalam karangan ini pengarang lebih menjelaskan maksud dari topiknya itu dengan menyertakan bukti-bukti yang konkret sebagai penunjang dari pembahasan itu.

5.      Membuat kesimpulan
Sesuai dengan tujuan menuliskan sebuah karangan eksposisi, kesimpulan ini haruslah sejalan bahkan harus memperkuat tesis tersebut.

Dalam paragraph eksposisi dikenal juga pola pengembangan paragraf ekspositif. diantaranya sebagai berikut :

a)      Pola Umum Khusus
            Pola umum khusus yaitu paragraf yang dimulai dari hal –hal yang bersifat umum kemudian menjelaskan dengan kalimat –kalimat pendukung yang khusus.
b)      Pola Perbandingan
Adalah paragraf yang membandingkan  dengan hal yang lain, berdasarkan  unsur kesamaan dan perbedaan, kerugian  dengan keuntungan, kelebihan  dengan  kekurangan. Kata hubung (jika dibandingkan dengan, seperti halnya, demikian  juga, sama dengan,selaras dengan,sesuai dengan)
c)      Pola Pertentangan
Adalah paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung atau konjungsi (biarpun, walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan  tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun  begitu.)
(http://googel22.blogspot.com/2012/12/paragraf-eksposisi.html di akses pada hari minggu, 02 November 2014 Pukul 23:40 WIB).



B.  Poin-poin Penting Yang Harus Di Perhatikan Dalam Karangan Eksposisi, antara lain :
Contoh topik:
·         Data faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi, ada, dan dapat bersifat historis tentang bagaimana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa terjadi, dan sebagainya.
·         Suatu analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta.
·         Fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian.
Contoh urutan analisis:
·         Urutan kronologis/proses, biasanya memaparkan proses, yaitu memberi penjelasan tentang bekerjanya sesuatu atau terjadinya suatu peristiwa.
·         Urutan fungsional.
·         Urutan atau analisis sebab akibat.
·         Analisis perbandingan.
Langkah-langkah penulisan:
·         Menentukan tema.
·         Menentukan tujuan karangan.
·         Memilih data yang sesuai dengan tema.
·         Membuat kerangka karangan.
·         Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Langkah-langkah Menyusun Paragraf Proses Pola pengembangan karangan eksposisi bisa bermacam-macam, di antaranya pola pengembangan proses. Paragraf proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan bagaimana bekerjanya, bagaimana mengerjakan hal itu (membuat hal ini), bagaimana barang itu disusun, bagaimana hal itu terjadi. Berikut langkah penulisannya :
·         Penulis harus mengetahui perincian secara menyeluruh.
·         Membagi perincian atas tahap tahap kejadiannya. Bila tahap-tahap kejadian ini berlangsung dalam waktu yang berlainan, penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara kronologis.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Eksposisi diakses pada hari minggu 02 November 2014 Pukul 23:50 WIB).







CARA MENYUNTING TEKS EKSPOSISI
Kegiatan Menyunting adalah kegiatan memeriksa dan  memperbaiki naskah. Menyunting di lakukan untuk menyiapkan naskah siap cetak atau siap di terbitkan dengan memperhatikan sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi atau pilihan kata, dan struktur kalimat).
Menyunting dapat di artikan sebagai kegiatan membaca kembali sambil menemukan kesalahan-kesalahan redaksional sebuah tulisan. Proses ini biasanya dilakukan oleh diri sendiri terhadap tulisan sendiri atau penyunting terhadap tulisan orang lain. Kegiatan penyuntingan terlihat sepele sehingga tahap ini sering sekali terabaikan. Padahal, pengalaman hampir semua penulis besar mengungkapkan, proses penyutingan adalah sebuah tahapan  menulis yang menjadi salah satu kunci sukses mereka menjadi penulis ternama.
Menyunting dapat dilakukan dengan  memperhatikan hal-hal di bawah ini, antara lain :
1.      Ketepetan  penulisan huruf, kata, lambang  bilangaan, serta ketepaan peggunaan tanda baca.
2.      Ketepatan  penggunaan kata-kata untuk mengungkapkan suatu maksud sesuai dengan situasi dan kondisi.
3.      Keefektifan kalimat untuk mewakili gagasan atau perasaan penulis yang ingin di sampai kan kepada pembaca. Syarat kalimat efektif sebagai berikut :
a)      Logis, apabila makna kalimat dapat di terima oleh jalan pikiran atau akal sehat manusia.
b)      Hemat, apabila kalimat yang disusun tidak menggunakan kata secara berlebihan.
c)      Padu, apabila hubungan antar unsur dalam kalimat tidak terganggu.

4.      Struktur kalimat yang baik harus mengandung unsur S-P (subjek-predikat). Akan tetapi , dalam hal-hal tertentu, dapat di guanakan kalimat tidak lengkap.
5.      Keterpaduan paragraf. Syarat paragraf padu  adalah sebagai berikut:
a)      Kelengkapan. Sebuah paragraf  terdiri atas kalimat topik dan kalimat penjelas, kecuali paragraf tersebut paragraf narasi atau paragraf deskripsi.
b)      Kesatuan. Sebuah  paragraf  gagasan  pokok yang tersirat pada kalimat utama.
c)      Urutan kalimat. Kalimat-kalimat disusun baik secara runtut sesuai dengan urutan kejadian (narasi atau deskripsi).

6.      Membaca kalimat demi kalimat untuk menemukan kesalahan penggunaan ejaan, pemilihan kata, atau pola kalimat.
7.      Membetulkan kesalahan penggunaan ejaan, mengganti kata yang tidak tepat, dan memperbaiki kata yang tidak tepat.
8.      Membetulkan kalimat dapat dilakukan dengan cara menambah kata, mengganti, mengurangi kata, dan mengubah susunan kata dalam kalimat tersebut sehingga menjadi kalimat yang baku.
9.      Memeriksa keterpaduan paragraf untuk menemukan kesalahan.








Bab III
A.    Simpulan
Kesimpulan nya adalah dalam  pembuatan teks eksposisi itu bukan  hanya sekedar di butuh kan pemahaman mengenai eksposisi yang akan di jabar kan akan tetapi  juga di perlukan  pengetahuan mengenai bagaimana cara membuat karangan teks.
Eksposisi,  jika sudah dapat dikuasai hal- hal itu maka bisa dikatakan berhasil. Lalu jika dalam  karagan teks eksposisi terdapat beberapa kesalahan kita bisa memperbaikki nya dengan cara menyunting teks.
 Jadi,  kedua hal yang telah diasampai kan tadi amat lah penting, apalagi apabila dari salah satu dari anda ini ada yang  ingin menjadi seorang penulis hal ini sangat lah di butuh kan untuk menjadi seorang penulis ternama.

B. Saran
Untuk semua yang ingin bisa membuat sebuah karangan dengan baik dan benar maka gunakan lah kaidah kaidah yang baik dan benar dan jika anda ingin membuat sebuah karangan eksposisi maka gunakan lah cara-cara yang telah penulis berikan karena itu bisa membantu anda dalam membuat sebuah karangan teks eksposisi yang sesuai kaidah.



Glosarium

Teks, adalah suatu bahan tertulis.
Eksposisi, adalah teks yang berupa karangan yang berdasarkan fakta yang di tunjukan untuk memberikan informasi kepada pembaca.
Karangan, merupakan karya tulis untuk mengungkapkan suatu gagasan yang di sampaikan       melalui bahasa tulis.
Menyunting, kegiatan memeriksa dan memperbaiki naskah.
Kesimpulan, yaitu sebuah teks yang telah di baca dan di ambil inti dari masalah itu sendiri.
Saran, yaitu masukan atau kritik dari pembaca untuk penulis, yang masukan itu sendiri bisa berupa masukan positif maupun negatif.
Kaidah,  rumusan dasar atau aturan  pakai sebagai patokan untuk menghasilkan atau menyusun sesuatu.
Fatal, tidak dapat diubah atau diperbaiki lagi (tt kerusakan, kesalahan).
Paragraf,  bagian bab dl suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dng garis baru); alinea.
Faktual, berdasarkan kenyataan; mengandung kebenaran: laporan yang tidak -- tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Kronologis, adalah ilmu yang mempelajari waktu atau sebuah kejadian pada waktu tertentu.
Redaksional, mengenai cara dan gaya menyusun kata dalam kalimat:
Selain berbagai perubahan redaksional, diadakan juga penambahan beberapa kalimat yang lebih dapat menjelaskan arti.
Pola, gambar yang dipakai sebagai contoh.
Narasi, pengisahan suatu cerita atau kejadian.
Dekskripsi, satu kaidah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri.

Daftar pustaka

Astuti, E.Dwi. 2013. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas 10A.
Jakarta : CV. Haka  MJ
Kosasih, Engkos.2013. Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SMK/MA/SMK Kelas 10A.
Jakarta : Erlangga
(http://id.wikipedia.org/wiki/Eksposisi diakses pada hari minggu 02 November 2014 pukul 23:50 WIB).
(http://googel22.blogspot.com/2012/12/paragraf-eksposisi.html di akses  pada hari minggu, 02 November 2014 Pukul 23:40 WIB).