Quote:
Quote: Daun kering tanaman Nicotiana tabacum terkenal dengan nama tembakau. Tembakau umumnya dimanfaatkan menjadi rokok, sebagian menggunakannya dengan cara dikunyah atau dimakan dalam bentuk kering. Pada pembakaran tembakau menghasilkan sekitar 4000 senyawa kimia. Kandungan xenobiotik dalam tubuh perokok tergantung beberapa hal diantaranya kualitas tembakau, adanya filter, kecepatan dan suhu pembakaran, dalamnya hisapan dan lamanya menahan nafas.
Tembakau mengandung 0,2-5% nikotin. Pada rokok tembakau, nikotin terkandung dalam partikel kecil tar. Nikotin sangat cepat diserap melalui bronkus dan alveolus paru-paru, dan sudah dapat dideteksi di otak hanya dalam 8 detik setelah hirupan pertama. Merokok sebatang rokok diperkirakan kadar nikotin dalam darah antara 25-50 ng/ml. Pada kadar ini nikotin berefek menstimulasi ganglion saraf. selengkapnya, sistem tubuh yang terpengaruh antara lain :
Ganglion Otonom
Quote: Nikotin merangsang baik pada saraf simpathis maupun parasimmpatis pada system saraf otonom. Aktivasi parasimpatis menghasilkan peningkatan cairan lambung (perokok berisiko mengalami ulkus/luka lambung) dan peningkatan motiltas usus (efek merokok pagi hari: “laxative=pencahar” berupa buang air besar dan kadang sampai terjadi diare). Pada saraf simpatis terjadi pelepasan norepinefrin yang akan meningkatkan vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah), peningkatan resistensi perifer sehingga miningkatkan tekanan darah. | Medula Adrenal (anak ginjal)
Quote: Pelepasan epinefrin mempengaruhi kardiovaskular berupa peningkatan denyut jantung dan peningkatan resistensi perifer. Selain itu, terjadi respon metabolisme berupa glycogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa untuk menjadi energi), lipolisis (pemecahan lemak) yang menghasilkan energi. Akibatnya, rasa lapar tertekan. Kondisi ini dikenak dengan ‘silent stress’. | Neurohipofisis:
Quote: Terjadi pelepasan vasopressin (hormone antidiuretik) sehingga terjadi penurunan produksi kencing. | Badan Karotid:
Quote: Peningkatan sensitivitas pCO2 arteri; peningkatan frekuensi dan dalamnya nafas | Reseptor tekanan, sehu dan nyeri
Quote: Terjadi peningkatan sensitivitas reseptor terhadap rangsangan.
Daun kering tanaman Nicotiana tabacum terkenal dengan nama tembakau. Tembakau umumnya dimanfaatkan menjadi rokok, sebagian menggunakannya dengan cara dikunyah atau dimakan dalam bentuk kering. Pada pembakaran tembakau menghasilkan sekitar 4000 senyawa kimia. Kandungan xenobiotik dalam tubuh perokok tergantung beberapa hal diantaranya kualitas tembakau, adanya filter, kecepatan dan suhu pembakaran, dalamnya hisapan dan lamanya menahan nafas. Bila merokok dihentikan, konsentrasi nokotin di darah menunjukkan penurunan cepat yang mencerminkan adanya tersebarnya ke dalam jaringan tubuh dan fase eliminasinya dengan waktu paruh 2 jam. Nikotin dihancurkan melalui reaksi oksidasi.
Kebiasaan merokok dalam waktu lama akan semakin meningkatan risiko penyakit pembuluh darah (stenosis koroner: kekakuan pembuluh koroner jantung, infark miokard: kematian otot jantung karena kekurangan oksigen, dan gangguan iskemik (kekurangan oksigen) baik pada pembuluh darah tepi maupun pusat seperti Stroke. Gangguan sel endotel pembuluh darah telah dibuktikan akibat merokok dalam hal ini nikotin, yang akhirnya mempercepat proses arteriosclerosis. Melalui pelepasan epinefrin, akan terjadi peningkatan kadar gula dan asam lemak bebas dalam kondisi tubuh tidak membutuhkannya. Lebih lanjut lagi, nikotin merangsang agregasi trombosit, penurunan proses fibrinolitik dan peningkatan bekuan darah.
Risiko tembakau bagi kesehatan bukan hanya semata peran nikotin tapi juga beragam komponen dalam asap tembakau, beberapa diantaranya bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Partikel debu yang terhirup dari asap tembakau harusnya dibuang dari saluran nafas oleh peran cairan mucus bronkus dan silia/rambut sel epitel mukosa bronkus. Aktivitas silia ternyata ditekan oleh asap rokok sehingga traspor mukosilia terganggu. Penekanan ini berimbas pada kerentanan terkena infeksi dan mudah terjadi bronchitis (infeksi pada bronkus) akibat kebiasaan teratur merokok. Jejas kronis pada mukosa bronkus dapat menjadi sebab penting pada peningkatan kematian perokok akibat kanker bronkus. Pada survei statistik dibuktikan terdapat hubungan bermakna antara jumlah rokok yang dihisap perhari dengan kematian akibat penyakit jantung koroner atau kanker paru. Statiskik pun menunjukkan pada mereka yang berhenti merokok, peningkatan risiko kematian akibat infark jantung koroner atau penyakit kardiovaskular lainnya cenderung menurun dalam 5-10 tahun hampir mendekati tingkat mereka yang tidak merokok. Demikian pula kejadian kanker bronkus menurun. Penghentian rokok secara tiba-tiba tidak akan menimbulkan gejala putus zat yang berat. Umumnya akan ditemui keluhan peningkatan kecemasan, penurunan konsentrasi dan peningkatan berat badan. | | |
Quote:
ANE PAHAM INI KONTROVERSIAL,, TAPI INI SEMUA TERSERAH AGAN,, MO PILIH YANG MANA JUJUR AJAH ANE BUKAN SEORANG PEROKOK |
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4265178
No comments:
Post a Comment