Friday, August 27, 2010

Prasangka Hati Yang Tak Terucap


Jalan yang indah tapi tak seindah perjalanan hidup ini. Kulalui hidup dengan penuh kerisauan, perjalananpun semakin terasa melelahkan ketika harus tak ada teman. Semakin sering kulalui semakin pula sering kutemukan kerikil-kerikil tajam yang mengauskan terompah perjalanan. Terik mentari semakin menusuk ubun-ubun, peluh mulai bercucuran membasahi pelipis, ku seka perlahan tampak menghitam kusam sapu tangan.

Ku kibaskan saputangan walau dengan sedikit tenaga, perlahanku menghelakan nafas berat untuk mengurangi rasa penat. Aku terus berjalan menuju penghujung jalan kucari tempat persinggahan sekiranya hanya untuk membenamkan harapan. Ku cuba mengukirnan nama-nama dalam setiap hati insan agar sekiranya nanti jika aku tak sanggup menyelesaikan perjalanan ini masih ada yang menceritakan.

Tentang sebuah perjalanan lelaki berwajah legam dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan tipuan. Sekelit pandang terjurus pada sebuah keindahan seorang insan yang memancarkan rasa kepedulian. Hati si wajah legam bergejolak menahan rasa, tersimpan rasa yang semakin menyiksa di dalam jiwa. Tak mungkin dia mendekatinya atau mengutarakan sebuah prasangka hatinya, karena dia hanyalah lelaki yang berwajah legam.

Hanya tegur sapa yang dapat terlontar, tak ada keberanian untuk mengutarakan karena hatinya telah terpenjara oleh rasa kerendahan. Semakin hari semakin tersiksa kata tak ada lagi yang dapat terucapkan. Kian hari si insan semakin menghilang, di telah tak tampak dalam perjalanannya. Pria berwajah legam semakin gusar....hari demi hari terus dinantikan hanya setiap bait kata yang bisa ia tuliskan dalam lembaran dunia maya.

Perjalanan semakin tak menentu seolah tiada penghujung, setiap pemberhentian dalam istirahatnya selalu mengukirkan namanya...mungkin sudah banyak namanya terukir di setiap bongkahan batu prasasti perjalanan dunia maya.

No comments:

Post a Comment