Sobat jangan kau kenang aku dan jangan sekalipun namaku kau simpan dalam lembaran memori kehidupanmu. Jikapun aku pernah ada di kehidupan mu tolong buanglah aku. Aku tak pantas menjadi temanmu karena kekuranganku hanya akan menjadi beban dalam kehidupanmu. Biarlah aku melangkah sendiri seperti anai-anai yang tersapu deburan ombak pantai.
Anggaplah kehadiranku seperti sampah, yang hanya menimbulkan bau yang tak sedap. Yang sewaktu waktu dapat menyebabkan sesak dan mematikan. Aku tak layak menjadi teman dalam perjalanan, karenanya aku bisa menyesatkan. Ya aku memang tampak indah dan mempesona kiraku, Tapi sebenarnya aku ini racun yang mematikan. Yang lambat laun dapat melumpuhkan syaraf-syarafmu dan melimbungkan akalmu.
Aku layak di kucilkan karena aku memang berasal dari masyarakat yang kerdil. Pemikiranku memang kolot seprti layaknya di riku yang mulai kempot. Ya semuanya layak menggunjingkan aku, biarlah semuanya menjadi pelipur kebodohanku.
Ya karena memang ku merasa perjalanan ini sudah tak panjang, telah kuihlaskan semuanya agar berjalan seiring perubahan zaman. Aku memang hanya pantas hidup di jaman purba, karena aku tak berbudaya. Biarlah aku yang merana mengarungi sebuah bahtera.
Anggaplah kehadiranku seperti sampah, yang hanya menimbulkan bau yang tak sedap. Yang sewaktu waktu dapat menyebabkan sesak dan mematikan. Aku tak layak menjadi teman dalam perjalanan, karenanya aku bisa menyesatkan. Ya aku memang tampak indah dan mempesona kiraku, Tapi sebenarnya aku ini racun yang mematikan. Yang lambat laun dapat melumpuhkan syaraf-syarafmu dan melimbungkan akalmu.
Aku layak di kucilkan karena aku memang berasal dari masyarakat yang kerdil. Pemikiranku memang kolot seprti layaknya di riku yang mulai kempot. Ya semuanya layak menggunjingkan aku, biarlah semuanya menjadi pelipur kebodohanku.
Ya karena memang ku merasa perjalanan ini sudah tak panjang, telah kuihlaskan semuanya agar berjalan seiring perubahan zaman. Aku memang hanya pantas hidup di jaman purba, karena aku tak berbudaya. Biarlah aku yang merana mengarungi sebuah bahtera.
No comments:
Post a Comment