Lalu bagaimana membuat hati menjadi lembut dan mudah menerima kebenaran. Ulama-ulama generasi awal mengajukan beberapa resep melembutkan hati, berikut :
1. Pertama, banyak mengingat Allah dalam hati dan lisan.
Termasuk di dalamnya, membaca al-Qur'an dan merenungi kandungannya. Dikisahkan dalam "Az-Zuhd" (2/233), seseorang datang kepada Hasan bin Ali mengadukan hatinya yang keras. Beliau lalu menasehatinya, "Lunakkanlah dengan dzikir." Lebih tegas lagi, Yahya bin Mu'adz dan Ibrahim al-Khawwash, menggolongkannya dalam lima penawar hati, yaitu: membaca al Qur'an dan merenunginya, mengosongkan perut, qiyamullail, beribadah di malam hari dan berkawan dengan orang-orang shalih (Al-Hilyah 10/327). Dzikirlah yang membuat hati menjadi teduh dan tentram, sehingga dapat jernih memandang berbagai persoalan yang dihadapi.
Firman Allah SWT :
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram," (QS ar-Ra'd:28).
2. Kedua, berbuat baik pada anak-anak yatim dan fakir miskin.
Inilah yang dipesankan oleh Rasulullah saw,
"Jika anda ingin melunakkan hati anda, sentuhlah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin," (HR Ahmad).
3. Ketiga, banyak mengingat mati.
Merenungkan kematian yang pasti datang menjemput, suka atau tidak suka, akan menyentak kesadaran nurani kita tentang hakikat tujuan hidup sebenarnya. Segala kemegahan dan nilai di mata manusia, menjadi tak berarti. Yang berarti hanyalah nilai kita di mata Allah. Jika begitu, tak ada jalan lain kecuali menuruti aturan-Nya dengan segala keikhlasan'
"Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan (mati)," pesan Rasul saw pada umatnya (HR Tirmidzi, Ahmad, Nasa'i dan Ibnu Majah).
4. Keempat, menziarahi kubur dan memikirkan keadaan penghuninya.
Hal ini sangat bermanfaat bagi setiap muslim dalam mengevaluasi segala kealpaan diri. Melupakan sejenak segala kesenangan dan kegembiraan duniawi, lalu membenamkan diri dengan mengingat dosa dan kemaksiatan. Untuk selanjutnya, bertaubat kepada Allah, memohon ampunan-Nya dan bertekad tidak mengulang kembali kemaksiatan-kemaksiatan tersebut.
Sabda Rasulullah saw, "Ziarahilah kuburan karena hal itu dapat mengingatkan kalian dengan kematian," (HR Muslim 976, Abu Dawud 3234, Ibnu Majah 1572 dan Ah¬mad 2/441).
Janganlah biarkan hati kita keras sehingga sangat sulit menerima kebenaran padahal dia tahu kalau itu benar, tetapi karena hati keras adalah seperti batu yang tidak bisa dimasuki apapun kecuali senang dalam maksiat, sehingga termasuk kaum yang sesat dan merugi, Naudzubillah min dzalik.
Referensi : dari berbagai sumber
1. Pertama, banyak mengingat Allah dalam hati dan lisan.
Termasuk di dalamnya, membaca al-Qur'an dan merenungi kandungannya. Dikisahkan dalam "Az-Zuhd" (2/233), seseorang datang kepada Hasan bin Ali mengadukan hatinya yang keras. Beliau lalu menasehatinya, "Lunakkanlah dengan dzikir." Lebih tegas lagi, Yahya bin Mu'adz dan Ibrahim al-Khawwash, menggolongkannya dalam lima penawar hati, yaitu: membaca al Qur'an dan merenunginya, mengosongkan perut, qiyamullail, beribadah di malam hari dan berkawan dengan orang-orang shalih (Al-Hilyah 10/327). Dzikirlah yang membuat hati menjadi teduh dan tentram, sehingga dapat jernih memandang berbagai persoalan yang dihadapi.
Firman Allah SWT :
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram," (QS ar-Ra'd:28).
2. Kedua, berbuat baik pada anak-anak yatim dan fakir miskin.
Inilah yang dipesankan oleh Rasulullah saw,
"Jika anda ingin melunakkan hati anda, sentuhlah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin," (HR Ahmad).
3. Ketiga, banyak mengingat mati.
Merenungkan kematian yang pasti datang menjemput, suka atau tidak suka, akan menyentak kesadaran nurani kita tentang hakikat tujuan hidup sebenarnya. Segala kemegahan dan nilai di mata manusia, menjadi tak berarti. Yang berarti hanyalah nilai kita di mata Allah. Jika begitu, tak ada jalan lain kecuali menuruti aturan-Nya dengan segala keikhlasan'
"Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan (mati)," pesan Rasul saw pada umatnya (HR Tirmidzi, Ahmad, Nasa'i dan Ibnu Majah).
4. Keempat, menziarahi kubur dan memikirkan keadaan penghuninya.
Hal ini sangat bermanfaat bagi setiap muslim dalam mengevaluasi segala kealpaan diri. Melupakan sejenak segala kesenangan dan kegembiraan duniawi, lalu membenamkan diri dengan mengingat dosa dan kemaksiatan. Untuk selanjutnya, bertaubat kepada Allah, memohon ampunan-Nya dan bertekad tidak mengulang kembali kemaksiatan-kemaksiatan tersebut.
Sabda Rasulullah saw, "Ziarahilah kuburan karena hal itu dapat mengingatkan kalian dengan kematian," (HR Muslim 976, Abu Dawud 3234, Ibnu Majah 1572 dan Ah¬mad 2/441).
Janganlah biarkan hati kita keras sehingga sangat sulit menerima kebenaran padahal dia tahu kalau itu benar, tetapi karena hati keras adalah seperti batu yang tidak bisa dimasuki apapun kecuali senang dalam maksiat, sehingga termasuk kaum yang sesat dan merugi, Naudzubillah min dzalik.
Referensi : dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment