Monday, May 27, 2013

Kisah Penyair dan Musafir

wahai kekasih...wahai kekasih,
tidak kuat aku menahan kerinduan ini
tiada sabar aku untuk berjumpa denganmu
tiada kuasa aku untuk menggapaimu

wahai kekasih...wahai pujaan hati,
kegilaanku akan dirimu semakin menjadi

wahai kekasih...wahai dambaan hati,
aku sebut selalu namamu dan kupatri dalam hatiku

Musafir yang tadi siang membangunkannya, rupanya sedang mengamati dari kejauhan segala apa yang telah diperbuat Hamdun. tidak percaya pada Hamdun yang syair-syairnya berisikan kalimat-kalimat cinta yang indah. tidak percaya bahwa Hamdun adalah seorang yang gila. karena rasa penasaran pada apa yang telah Hamdun perbuat tadi siang padanya, iapun berjalan mendekati Hamdun. dan memberi salam, "assalamu'alaikum, wahai Hamdun...".

Hamdun menoleh dan membalas salamnya, "'alaikumussalam...".

"sedang apakah engkau disini seorang diri?", tanya musafir
"aku sedang memuji kekasihku...", jawabnya, "apakah keperluanmu malam begini berada disini?"
"aku sedang memperhatikanmu dari kejauhan..", jelasnya.
"tidak adakah pekerjaan yang bermanfaat bagimu selain memperhatikanku dalam bersyair..", tanya Hamdun lagi. "aku hanya berpikir tentang isi dari syair indah yang engkau dendangkan, wahai Hamdun", jawabnya.
 
 "mengapa engkau tidak sholat menyembah tuhanmu?", tanya Hamdun sambil berdiri "aku penasaran akan kata-katamu tadi siang yang membuat aku berpikir panjang dengan segala yang kau ucapkan. maukah engkau memberiku penjelasan dimana tuhan itu berada?", mohon musafir itu pada Hamdun "selama ini engkau menyembahnya tetapi engkau sama sekali tidak tahu dimana ia berada. sungguh sia-sia segala apa yang engkau kerjakan itu, wahai musafir..", jelasnya, "tuhan itu banyak..dan jangan sekali-kali lagi engkau berkata menyembah tuhan. karena engkau akan berada dalam kesesatan. engkau pasti bertanya mengapa aku tidak bertuhan dan mengapa tidak beragama, bukan?". musafir itu menganggukkan kepala. "aku tidak menyembah tuhan tetapi aku menyembah sang kekasih, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'ala. mengapa aku mengatakan tidak beragama karena Allah tidak lagi memberatkannya padaku. karena aku telah menjadi kekasihNya.

apapun yang Dia pilihkan padaku, itulah yang terbaik buatku. walau neraka yang diinginkanNya untukku, aku bersedia masuk kedalamnya dengan cinta kasihNya. untuk apa aku memilih sorga bila tidak bisa menjadi kekasihNya dan tidak bisa berjumpa serta melihat keindahan wajahNya yang Maha Indah itu. aku ikhlas menerima kegilaanku karena ingin selalu bercinta denganNya. inilah kehendak yang Dia inginkan buat kebaikanku. inilah kesucian cinta yang Dia inginkan dariku", katanya menjelaskan pada musafir itu.

"astaghfirullah ... Maha Suci Engkau, Ya Allah, dari segala prasangka buruk hambamu..", mohonnya pada Allah setelah mendengarkan penjelasan dari Hamdun, "tapi mengapa sewaktu aku menyuruhmu sholat tadi siang engkau menolak?", lanjutnya. "apakah setiap perbuatan selalu harus aku pamerkan kepada semua manusia?

apakah engkau mengetahui kapan aku sholat tadi siang?", balik Hamdun bertanya. "tidak..", jawabnya. "sesungguhnya amal yang baik adalah bila tangan kanan bersedekah tidak diketahui oleh tangan kirinya. janganlah engkau pamerkan segala amal yang engkau lakukan karena itu semua akan menjauhkanmu dari Allah. engkau akan memakan puji-pujian orang lalu engkau akan menjadi riya' karenanya. bukankah tidak jauh dari daerah ini ada sebuah hutan? aku pergi kesana untuk melaksanakan sholat dan meninggalkan tubuhku tetap terbaring dalam nyenyaknya tidur. agar orang melihat apa yang aku perbuat. dan tetap seperti
itu pandangan mereka", Hamdun menjelaskan.

"lalu dengan apakah caranya engkau sholat bila tubuhmu engkau biarkan terbaring dalam nyenyaknya tidur di depan masjid ini?", rasa ingin tahu musafir itu semakin menjadi. "aku memakai tubuh kekasihku. Yang Maha Dhohir dan Maha Bathin", jawab Hamdun dan lanjutnya lagi, "besok siang, setelah sholat dhuhur lihatlah tubuhku yang berbaring nyenyak di depan masjid. jangan sekali-kali engkau ganggu tidurku. lalu pergilah engkau ke hutan sana"

"baiklah..aku akan menuruti perkataanmu", musafir itu menyetujui permintaan Hamdun.
setelah memberi salam, iapun bergi meninggalkan Hamdun yang mulai bersyair lagi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya, setelah selesai sholat dhuhur, musafir itu memperhatikan Hamdun yang sedang nyenyak dalam tidurnya. dan iapun bergegas pergi menuju hutan yang dimaksud Hamdun semalam. ia mencari-cari dimana Hamdun berada. musafir itu sempat terkejut ketika mendapati Hamdun sedang melaksanakan sholat dhuhur di bawah teduhnya sebuah pohon tinggi. ia menunggu hingga selesainya Hamdun melaksanakan sholat.

Setelah salam dan berdo'a, Hamdun mendekati musafir yang sejak tadi dalam kebingungan. "wahai Hamdun, aku tidak mengerti apa yang sedang engkau lakukan. aku dapati tubuhmu terbaring dalam tidur yang nyenyak di depan masjid. dan aku disini mendapati pula engkau yang bertubuh melaksanakan sholat. padahal engkau katakan semalam bahwa engkau pergi kesini dengan memakai tubuh kekasihmu", jelasnya masih belum sadar dari kebingungannya.

"wahai anak muda, apakah engkau ragu akan kekuasaan Allah?", tanya Hamdun. musafir itu menggelengkan kepada.

"Allah berkuasa pada semua orang pilihanNya. tiada mustahil segala apa yang Dia perbuat. mata yang engkau punyai itu adalah mata kasar. bila engkau mempunyai mata halus niscaya engkau tiada mendapati aku disana. itu hanyalah bayanganku saja. dan tubuh asliku yang sebenarnya ada disini, berada dihadapanmu. mengapa pula aku katakan aku memakai tubuh kekasihku? karena bila engkau melihat pada awal kejadian, bahwa sebenarnya tubuh ini hanya mendindingi kenyataan sebenarnya. dinding itu akan hilang bila engkau telah menyerahkan segalanya pada Allah. bila engkau tiada melihat dinding itu, maka engkau telah memakai pakaian sebenarnya yaitu pakaian ruh. tetapi aku tidak bisa menjelaskannya padamu tentang segala sesuatu mengenai ruh. karena ruh itu adalah urusan Allah. mereka yang tidak mengerti akan menghalalkan darahku", jelasnya.

"aku sedikit paham apa-apa yang telah engkau jelaskan, wahai Hamdun",
kata musafir itu.

"sekarang lihatlah apa yang ada dibalik jubahku ini", kata Hamdun sambil memperlihatkan sesuatu di balik jubahnya. cahaya terang memancar dari dadanya dan menyilaukan mata musafir itu.
karena terkejut dan takjubnya akan terangnya cahaya itu, iapun pingsan.

Tak berapa lama, ia sadar dari pingsan dan tidak mendapati lagi Hamdun disana. iapun berlari untuk menemui Hamdun yang sedang terbaring nyenyak di depan masjid. sesampainya disana, ia membuka selimut yang menutupi tubuh Hamdun. betapa terkejutnya lagi ia karena dibalik selimut itu hanya didapati tumpukan-tumpukan batu. "Masya Allah...Maha Suci Engkau, Ya Allah....", panjatnya dalam keheranan.

"Ya Allah, siapakah Hamdun ini sebenarnya? siapakah orang yang misterius ini? siapakah seorang penyair gila ini?", do'anya dalam hati. iapun pergi dengan membawa bermacam kebingungan. dan selalu memohon petunjuk pada Allah siapa sebenarnya orang gila yang ia temui itu.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah, (QS 36:2)

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS 36:9)

No comments:

Post a Comment