Showing posts with label rumah tangga. Show all posts
Showing posts with label rumah tangga. Show all posts

Tuesday, September 8, 2015

Kisah Inspiratif : "Gagal Naik Haji Karena Tak Jujur Pada Istri"

9Trendingtopic - Kebaikan harus disampaikan dengan cara yang baik pula. Kebaikan yang dipasarkan dengan cara yang kurang baik apalagi buruk, akan berakibat fatal; baik bagi pelaku maupun objek kebaikan. Selayaknya dakwah yang berarti mengkampanyekan kebaikan, tatkala disampaikan dengan serampangan apalagi kekerasan, maka akibat fatalnya akan menimpa sang dai dan dakwah secara umum, juga penolakan dari objek dakwah.

Tersebutlah seorang suami yang biasa dipanggil Abah. Beliau adalah suami yang baik. Seorang petani yang juga pedagang padi. Beliau terbiasa membeli padi dari pemilik sawah di kampungnya, menyelipnya, kemudian menjualnya kepada masyarakat. Sebab amanahnya dalam berdagang, usahanya maju dan cukup dikenal oleh petani di luar kampungnya.

Tergolong muslim yang taat, Abah pun berniat menjalankan Ibadah Haji di Tanah Suci Makkah al-Mukarromah. Inilah ibadah unggulan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mampu, baik materi maupun non materi berupa ilmu, kesehatan dan sebagainya. 


Guna mewujudkan niat mulianya itu, Abah mulai menyisihkan penghasilannya. Kala itu, belum banyak Bank yang menerima penyimpanan uang seperti sekarang. Alhasil, guna menghemat waktu mendatangi Bank, Abah menyimpan uangnya dalam sebuah celengan* yang terbuat dari bambu.

Dari sebatang bambu, dipotonglah satu ruas, kemudian bagian tengahnya diberi lubang untuk memasukkan uang. Bentuknya persis seperti kotak amal yang ada di masjid-masjid, namun celengan ini berbentuk bulat.

Hari demi hari, tabungan Abah semakin bertambah. Beliau menghitung setiap uang yang dimasukkan dalam celengannya agar mengetahui jumlahnya, dan bisa diketahui jika ternyata ada orang yang mencuri uang dari celengannya itu.

Abah merahasiakan apa yang dilakukannya dari seluruh anggota keluarganya, termasuk dari sang istri. Sebab itulah, sang istri kadang ‘ngedumel’ sebab jatah hariannya berkurang. Apalagi secara jelas terlihat bahwa usaha suaminya tengah menanjak. Sehingga timbullah pertanyaan, “Digunakan untuk apa uang hasil berdagang?”

Qadarullah, setelah berbilang tahun, dalam hitungan Abah tabungannya sudah cukup untuk disetorkan ke Bank. Lantas, beliau berniat membukanya. Niatnya, selepas dibuka, Abah hendak menunjukkannya kepada sang istri sebagai kejutan. Kemudian keduanya akan berangkat menuju Bank sembari berboncengan mesra untuk mendaftar sebagai peserta jama’ah haji tahun itu.

Diambillah sebilah parang untuk membelah celengan bambu menjadi dua. Namun, ketika celengan itu terbelah secara sempurna, mata abah melotot tak berkedip. Keningnya berkerut, telinganya memerah, sekujur tubuhnya merinding, perasaannya bergemuruh tak karuan.

Sebabnya, seluruh uang di celengan bambu itu dimakan rayap. Anehnya, dari setiap lembar uang, yang dimakan rayap hanya separuh bagian, tidak seluruhnya.

Lepas mengumpulkan sisa tenaga, Abah pun mendatangi istrinya dengan langkah gontai. Ia mengumpulkan seluruh keluarganya, kemudian menyampaikan apa yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun itu.

Qadarullah, hingga akhir hayat, Abah belum sempat menunaikan Ibadah Haji.


*Celengan : Celengan merupakan nama umum untuk kotak pengakumulasian atau penabungan koin.




Sumber : reportaseterkini.com

Sunday, September 6, 2015

Utang untuk Melangsungkan Pernikahan, Bolehkah?


9Trendingtopic - Kita sudah ketahui bersama bahwa yang dituntut sebelum menikah adalah sudah punya kemampuan finansial. Seorang yang menikah tidak dibebankan dengan menyusahkan diri untuk mencari utang. Yang terpenting adalah memiliki sifat ba-ah.

Dari ‘Abdullah bin Ma’sud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada para sahabat,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu adalah pengekang syahwatnya yang menggelora.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400).

Al ba-ah yang dimaksud di sini menurut para ulama sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim ada dua makna yaitu:
  1. Siapa yang sudah mampu berjima’ karena sudah punya kemampuan nafkah atau finansial,
  2. Siapa yang sudah memiliki kemampuan finansial untuk menikah. Intinya dari dua definisi yang disebutkan kembali ujung-ujungnya pada kemampuan finansial.

Lalu apakah jika tidak mampu dari sisi finansial diharuskan untuk mencari utangan?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa tidak layak orang yang akan menikah menyusahkan diri dengan mencari utangan. Di antara alasannya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ‘siapa yang tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa’. Dalam hadits tidak disebut, ‘siapa yang tidak mampu menikah, hendaklah ia mencari utangan’. Hal ini ditunjukkan pula pada firman Allah,

وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An Nuur: 33). Dalam ayat tidaklah disebutkan, sampai Allah mencukupi mereka dengan berbagai wasilah. Namun dalam ayat disebutkan ‘hingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya’. Ini menunjukkan menikah itu ketika sudah memiliki kemampuan (ghina).

Jika ada yang bertanya, apa hikmah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyarankan untuk membebani diri dengan utang untuk nikah, bukankah seperti itu mengandung maslahat?

Iya, ada maslahat. Namun mencari utangan itu membuat orang semakin hina dan seakan-akan ia menjadi budak pada orang yang beri utangan. Alasan itulah yang membuat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan tidak mencari utang.

Demikian keterangan dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Fathu Dzil Jalali wal Ikram, 11: 13-14.

Ringkasnya, menikah dituntut harus mampu dari sisi finansial. Sebisa mungkin tidak mencari utangan untuk bisa menikah. Karena jika sejak awal sudah terbebani seperti itu, biasanya ketika menjalani kehidupan keluarga selanjutnya akan bermudah-mudahan untuk berutang.

Pahamilah, berutang itu sulit, berat dan tak mengenakkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri meminta perlindungan pada Allah dari sulitnya utang. Ini do’a beliau,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom.
Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan sulitnya utang. (HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 5)

Bahaya lain dari berutang ditunjukkan pada hadits,

مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Semoga Allah beri kepahaman. Moga Allah mudahkan para pemuda untuk dimampukan dari finansial dan dimudahkan segera naik pelaminan, Aamiiin...


Semoga bermanfaat...



Sumber : rumaysho.com

Saturday, September 5, 2015

Sebuah Pesan Bagi Suami Istri yang telah Menikah Lebih dari 5 Tahun

9Trendingtopic - Ini bukanlah khotbah atau ceramah rumah tangga, hanya sebuah pesan untuk pasutri yang telah menikah lebih dari 5 tahun. Semoga bermanfaat.

Sama seperti sekolah atau perkuliahan yang selalu ada evaluasi belajar tahap akhir berupa lembar pertanyaan, maka ada berbagai pertanyaan soal yang harus dijawab, untukmu duhai pasangan yang telah mengikat akad suci lebih dari lima tahun lamanya... untuk mengevaluasi pernikahan yang telah berjalan.


1.Soal yang pertama, sejauh mana rumah tanggamu mendekatkan dirimu kepada Allah?
Bukankah sia-sia merajut cinta dalam bingkai pernikahan jika tak semakin membuatmu dekat pada Sang Pemilik Cinta? Selama lima tahun lebih ini, adakah hatimu semakin mendekat pada sang Rabbi? Adakah kau membuat pasangan hidupmu makin mencintai Allah, atau justru semakin mengabaikan-Nya?

2.Soal kedua, bisakah engkau pastikan kehalalan makanan dan segala barang yang dipergunakan keluargamu?

Apakah makanan yang pasangan hidup dan anak-anakmu makan berasal dari pendapatan yang halal? Dengan bahan buatan yang halal pula? Ataukah kau tak mempedulilan halal atau haram yang mengisi perut dan rumahmu semenjak berumah tangga?

3.Soal ketiga, masihkah pasangan hidupmu menjadi satu-satunya yang terbaik di hatimu?

Atau, mungkinkah kesetiaan sudah tak lagi kau kenali atau kau anggap sesuatu yang berarti dalam menjalankan rumah tanggamu? Saat badannya sudah mekar, perutnya bergelayutan di pinggang, wajahnya melebar, engkau tak lagi memiliki ketertarikan hati untuk mencintai dan setia padanya, padahal... engkaulah salah satu penyebab perubahan bentuk badannya itu.

Atau, adakah wanita dan pria lain menawan hatimu, dan perasaan menyesal membuatmu selalu merutuki pasangan hidupmu dari hari ke hari, padahal ia adalah seseorang yang telah engkau pilih untuk bersanding denganmu secara sadar?

Atau, jangan-jangan... rasa hambar sudah menjadi kabut tebal dalam ruang kamar dan tidak ada lagi cinta tersisa untuk sekadar bertanya kabar, memberi pesan cinta, maupun berfoto selfie mesra dengan pasangan hidupmu? Engkau lebih menyenangi berjalan-jalan dengan rekan kerja di kantor atau sahabat lama daripada dengan kekasihmu itu?

4.Soal keempat, sudahkah engkau mempersiapkan keturunan yang kuat secara keimanan, karakter, maupun finansial?

Sudahkah engkau tanamkan dalam-dalam kecintaan pada Allah, Rasul, dan Islam dalam diri buah hatimu, atau sekadar engkau tanamkan makanan 4 sehat 5 sempurna di tubuhnya?

Sudahkah memberi waktu berkualitas untuk si kecil atau hanya waktu sisa kelelahan bekerja yang kau hadirkan untuknya? Sudahkah mempersiapkan karakter mandiri untuk putra-putri atau hanya sekadar mengajarkan mereka rajin berbelanja di warung sebelah rumah?

khususnya untukmu yang telah 5 tahun lebih arungi bahtera rumah tangga, ada banyak pesan dan pertanyaan yang rasanya ingin terlontarkan untuk saling mengingatkan, betapa rumah tangga hanyalah batu loncatan di dunia ini, bukan tujuan! Maka, jangan sampai kita melupakan tujuan kehidupan yang sebenarnya...

Semoga rumah tangga kita mampu mengantarkan kita menjadi pribadi yang semakin baik dan mendekat pada Allah dari hari ke hari...

Read and SHARE ya....



Sumber : ummi-online.com

KISAH INSPIRATIF : "Kisah Suami Bimbing Istri yang Menolak untuk Salat"

9Trendingtopic - Sudah kewajiban Suami untuk selalu mengingatkan Istrinya apabila melakukan kesalahan. Demikian pula istrinya. 

Seorang wanita di Malaysia menceritakan kisahnya saat ditegur suaminya karena dirinya menolak melaksanakan solat saat masa haidnya usai.


Dilansir Siakapkeli.my, Jumat (28/8/2015), Wanita bernama Cik Atenn Azlan mengaku terharu dan bangga memiliki suami yang yang tak pernah lelah membimbingnya untuk selalu dekat dengan Allah.

Saat itu pukul 01.00 dini hari waktu setempat, Azlan mengaku masa datang bulannya sudah usai sehingga kewajiban untuk melaksanakan ibadah wajib, seperti solat harus ditunaikan.

Sang suami yang mengetahui kalau Azlan telah usai datang bulannya bangun dan mengingatkan Azlan untuk segera melaksanakan solat Isya. Karena waktu solat Isya belum habis.

"Aku berulang kali memberikan alasan, untuk tidak mandi wajib dan mengerjakan solat, salah satunya karena udara sangat dingin dan bawaan ingin tidur," ungkap Azlan.

Mendengar keluhan Azlan, suaminya langsung memberikan nasihat untuknya. Sang suami berkata, dirinya tidak mau langkah kakinya ke surga terhalang oleh istrinya yang lalai dengan kewajiban beribadah.

"Aku terdiam saat ia melantarkan kata-kata itu, kemudian suamiku duduk dan membelaiku, sambil berkata, tidak ada manusia yang sempurna dan tidak ada rumah tangga yang baik kalau suami membiarkan istri melanggar perintah Allah, sebagai suami diriku ingin membimbingmu menuju Allah," kata Azlan menirukan ucapan suaminya.

Sejak saat itu Azlan yang biasanya telat melaksanakan solat dan jarang membaca al Quran, mulai berubah dan lebih rajin dalam beribadah.

"Aku berterima kasih pada Allah yang telah mengirimkan ku seorang pria seperti suamiku yang tak bosan membimbingku untuk meraih ridho Allah," pungkas Azlan.

Masya Allah...



Sumber : sumsel.tribunnews.com

KISAH INSPIRATIF :"Andai Aku Tidak Menikah Dengannya"

9Trendingtopic - Saat menikah, wanita memiliki harapan bahwa pernikahannya akan menjadi surga dunia, penuh kebahagiaan dan keindahan, rumahku surgaku. Namun terkadang kenyataan tak seindah harapan. Ternyata sifat suaminya tak sebaik yang diperkirakan. Atau seiring berjalannya waktu, sikap sang suami kepada sang istri menjadi semakin buruk. Keras, kasar, egois, pemarah, tidak romantis, tidak bertanggungjawab, suka memukul, tidak punya waktu untuk istri, dan sifat-sifat buruk lain. Maka akhirnya bisa terbetik penyesalan mengapa dulu mau menikah dengannya, dan berkata dalam hati: “ANDAI AKU DAHULU TIDAK MENIKAH DENGANNYA”.


Begitu juga sebaliknya bisa terjadi pada sang suami. Setelah sekian lama menikah, dan ternyata sikap sang istri tidak sebaik yg diharapkan, atau sikap istri berubah menjadi buruk seiring berjalannya waktu, bisa terbetik penyesalan mengapa dulu mau menikah dengannya, dan berkata dalam hati: “ANDAI AKU DAHULU TIDAK MENIKAH DENGANNYA”.

Maka saat menikah hendaknya benar-benar selektif dalam memilih calon pendamping hidup, carilah yang benar-benar baik akhlak dan agamanya. Dan mintalah pertimbangan kepada orang-orang bijak, orang-orang yg paham agama, bertakwa, serta terpercaya (ustadz, orang tua, tokoh agama setempat, dll) mengenai sang calon tersebut, agar didapatkan kesimpulan yang obyektif, bukan hanya subyektif, dan bisa jadi mereka mengetahui apa yang tidak kita ketahui.

===============================
Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik sikapnya kepada istrinya

Berikut ini artikel ringkasan ceramah dari Ustadz Syafiq Basalamah, doktor lulusan Universitas Islam madinah, saudi arabia, terutama nasehat untuk para suami agar bersikap baik kepada para istri, sebagaimana yg dilakukan rasulullah kepada para istrinya:

Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban yang berat bagi seorang laki-laki, yang mana dia mengambil seorang wanita dari kedua orangtuanya untuk hidup bersamanya dalam sebuah bahtera yang bernama rumah tangga yang dipimpin olehnya.

Istri adalah suatu amanat bagi suami. Suami karena menjadi qowwam (pemimpin) bagi wanita.

Pemimpin (qowwam) ini harus memenuhi 3 fungsi, yaitu:
1) – Mengarahkan istrinya;
2) – Mengayomi istrinya;
3) – Melindungi istrinya.

Suatu penikahan yang merupakan suatu ibadah itu kuat sekali digoda oleh syaitan agar rumah tangganya karam. Oleh karena itu, sangat-sangat penting bagi seorang suami untuk memahami tabiat wanita. Karena wanita itu bukan diciptakan dari baja yang bisa meleleh, bukan pula dari batu yang bisa hancur berkeping-keping jadi kerikil, tetapi wanita diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok, yang jika diubah akan patah, namun jika tidak diubah akan tetap bengkok, oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-pun tidak menyuruh lelaki untuk mengubahnya,

Namun Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat: “Jagalah wanita-wanita itu..! Pelan-pelan dan berlemahlembutlah pada wanita! Sehingga setelah memahami tabiatnya, kemudian memperlakukannya dengan ma’ruf, dengan sebaik-baiknya, seperti firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS. An-Nisaa (4): 19]

Pada saat seorang suami mendapati hal yang tidak disukainya dari seorang istri, maka harus bersabar, dan berpikir baik-baik tentang firman Allah yang menyatakan, bahwa boleh jadi dalam keburukan istri kita itu terdapat kebaikan-kebaikan lainnya yang banyak. Jangan sampai keburukan akhlak dari suami menyampaikan sang istri pada satu situasi dimana ia sangat menyesal dan berkata: “Andai aku tak menikah dengannya..”.

Padahal suatu pengandaian itu hanya akan membuka pintu syaithan.

Tabiat-tabiat Wanita diantaranya adalah:

1) – Pencemburu.

Baik kepada ibu sang suami, saudara/saudari sang suami, wanita-wanita lain, dll.

2) – Perasa.

Perasaannya melebihi akalnya sehingga kadang-kadang mudah marah.

3) – Suka Perhiasan.
4) – Istri membutuhkan pujian/sanjungan dari suami.

Hargai pendapatnya, jangan egois.

5) – Sempatkan waktu untuk bermain-main dengan istri.

Suami berhias atau bersolek untuk istri.

6) – Memberi istri hadiah.
7) – Main tarik ulur.

Bersabar, jangan tergesa-gesa!

Setelah istri menunaikan kewajiban, penuhilah hak-haknya, karena kalau tidak, dia akan mencari haknya di tempat lain.

Istri itu seperti wadah yang akan kekeringan, jika tidak terus diisi air. Karena, jika ia kekeringan, ia akan mencari di tempat lain yang bisa menghapus dahaganya. Ia akan mencari tempat curhat lain selain suami.

Firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kau terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. At-Taghabun (64): 14]

Merupakan nasihat bagi suami, apabila ada masalah dengan istri, maka:

1) – Maafkan dia (tidak memberikan sanksi atas kesalahan);
2) – Tidak menjelek-jelekkan dengan perkataan;
3) – Lupakan dan buka lembaran baru;
4) – Seorang wanita menikah untuk mendapatkan kebahagiaan, sakinah, ketenangan, bukan hanya kebutuhan biologis, bukan pula hanya uang.

Hidup ini sangat singkat, jangan sampai di akhirat datang dengan keadaan tulang rusuk yang terjatuh.

Wasiat untuk suami dan istri:

“Jadilah manusia terbaik! Dimana manusia yang terbaik adalah yang terbaik kepada istri dan keluarganya..”

Wasiat untuk istri:

“Jadilah wanita yang terbaik! Yang bila dipandang menyenangkan dan bila ditinggalkan menjaga kehormatan dan harta suami. Suami adalah Surga dan Neraka kita..”

Syarat kriteria seorang lelaki yang baik untuk dipilih ~menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam~ untuk menjadi suami ada 2, yaitu: Agamanya dan Akhlaqnya. Tidak hanya salah satunya, namun harus keduanya.

| Wallahu’alam.
| Semoga yang sederhana ini bermanfaat untukku dan untukmu (saudara-saudara ku seiman)..


Sumber : | Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.

via Abu Layla Supry